didukung oleh:

didukung oleh:

trailer

(ARSIP BERITA) Ketahui Prosesnya, Baru Komentar

8/31/07

REVIEW TERKINI

SUARA PEMBARUAN DAILY
--------------------------------------------------------------------------------

"Mati Bujang Tengah Malam"

Keputusasaan Pelaku Bom Bunuh Diri

Oleh Yan Widjaya



Saat kata The End atau Tamat terpampang di layar bioskop maka penulis pun berpikir, "Apa sih sebenarnya pesan yang disampaikan pembuat film ini kepada penontonnya?"

** missed drop char ** ** missed drop char ** ** missed drop char **da pesan positif ada pula yang negatif. Pembuat film yang baik selalu menyampaikan pesannya dengan jelas dan mudah dipahami oleh khalayak penontonnya. Sebaliknya, bagi pengamat film seperti penulis, akan berupaya menyimpulkan pesan tersebut cukup dalam satu kalimat singkat dan gamblang.

Beberapa contoh, "Jangan berpoligami ... kalau bisa," pesan Nia di Nata lewat film Berbagi Suami. "Kesenjangan antargenerasi tua dengan muda, bisa kok dijembatani," ini pesan yang dikemas kocak oleh Deddy Mizwar dalam Nagabonar Jadi 2.

Apa pesan Jose Poernomo lewat film horor Angkerbatu? "Sembarangan menebang hutan, akibatnya kiamat!". Menelanjangi sikap Presiden Bush dalam kasus runtuhnya World Trade Center, itu yang disampaikan Michael Moore via film dokumenternya, Fahrenheit 9/11.

Nah, bagaimana dengan film Mati Bujang Tengah Malam (MBTM) ini? Rasanya cukup satu kata, "keputusasaan". Ya, inti cerita film ini memang tentang keputusasaan seorang pemuda hingga nekat menjadi pelaku bom bunuh diri. Padahal dia adalah lulusan cum-laude dari fakultasnya, bahkan disemati pin emas oleh rektornya saat diwisuda, namun sebagai sarjana dia tak kunjung mendapat pekerjaan alias terus menganggur selama tiga tahun.

Pesan negatif? Memang iya, tapi faktanya kasus bunuh diri tidak jarang kita baca di koran, ada siswa sekolah dasar yang mati gantung diri lantaran menunggak pembayaran SPP misalnya.

Film Mati Bujang Tengah Malam memang bukan film komersial untuk tayangan di jaringan 21, melainkan sebuah film pendek berdurasi 45 menit. Disertakan dalam kategori kompetisi Cahaya Asia dalam Jogja Asian Film Festival (JAFF) 2007. Gala premiere-nya berlangsung pada 31 Juli 2007 malam di Gedung F, Benteng Vredeburg, Jogjakarta.

MBTM merupakan karya kesembilan bagi sutradara muda Fajar Nugroho (28). Sebelumnya sudah membuat sejumlah film dokumenter (antaranya, Jogja Needs a Hero) dan film pendek Sangat Laki-laki. Ceritanya digubah dari cerpen karangan sendiri yang dimuat dalam novel Buaya Jantan. Skenarionya ditulis Donny Prasetyo yang juga menjabat sebagai asisten sutradara (astrada).

Lagu Mau Tak Mau yang dibawakan Jagostu (band baru Eross) dipasang sebagai soundtrack-nya. Tidak kurang dari 17 kaset mini DV dihabiskan sebagai bahan baku pembuatannya oleh kamerawan Fauzi Ujel Bausad. Keseluruhan lokasi film berlangsung di Jogja, Bantul, dan sekitarnya, termasuk di Jembatan Kewek Kotabaru, kompleks Apartemen Sejahtera, Driving Range Golf Adi Sucipto, serta perumahan Casa Grande.

Hebatnya, Fajar bisa membujuk Eross Candra, vokalis grup Sheila on 7, dan Artika Saridevi, sang Putri Indonesia 2004. Nama keduanya diharapkan bisa menjual tapi sekaligus juga memperlama masa syuting karena segalanya mesti dicocok-cocokkan dengan jadwal kehadiran mereka yang sudah super sibuk dengan beragam kegiatan.

Seperti diketahui, Artika sudah membuat debut aktingnya lewat karya Garin Nugroho, Opera Jawa. Sedangkan Eross memang baru pertama kali menjajal bidang seni peran, terlihat masih agak kaku, antaranya terlihat saat adegan "mencuri cium" Artika. Tampaknya untuk menggambarkan kemalangan bertubi-tubi yang menimpa si pemeran utama, mesti belajar dengan menyimak mimik frustrasi tokoh yang diperani Michael Douglas dalam Falling Down yang kebetulan bernasib nyaris serupa.

Eross berperan sebagai Armand yang sudah tiga tahun luntang-lantung hingga pacarnya yang cantik, Amelia, memutuskan untuk meninggalkannya demi mencari pengusaha mapan. Sementara sang ayah, petani di desa yang sudah habis-habisan menjual sepetak lahannya untuk biaya kuliah dulu.

Ayah memintanya ganti membantu mencarikan biaya sekolah untuk adiknya. Beban itu ditambah sang ibu yang sakit-sakitan pula. Keluarga mereka memang sudah habis-habisan hingga tak malu-malu lagi ingin mendaftarkan diri di bawah taraf kemiskinan agar mendapatkan bantuan sosial dari pemerintah.

Realita menunjukkan ratusan ribu sarjana yang terpaksa menjadi pengangguran, sama seperti nasib Armand. Masuk-keluar kantor dengan surat lamaran dan selalu menerima penolakan.

Di tengah keputusasaan pemuda introvert bertampang kusut dan frustrasi ini bertemu seorang Om misterius bersedan mewah yang menawarinya sejumlah uang. Kiriman uang Armand bisa membuat keluarganya di desa kegirangan. Namun, imbalannya sungguh teramat kejam, ia mesti rela menjadi pelaku bom bunuh diri!

Sayangnya, sama sekali tak tergambar pergulatan batin Armand sebelum melaksanakan kenekatan tersebut, kebetulan tak jelas pula apa sebenarnya keyakinan tokoh utama kita ini? Lantas apa hubungan antara si Om misterius dengan seorang koruptor kaliber ikan paus?

Setidaknya bisa sedikit dibocorkan di sini, sama sekali tiada kaitannya dengan operasi jihad atau kelompok garis keras suatu agama. Rahasia misi si Om baru terungkap pada adegan antiklimaks, sementara rekaman pengakuan si pelaku bom bunuh diri ditayangkan di kaca televisi lokal!

Setelah di Jogja, film MBTM ini akan dibawa bergerilya dari kampus ke kampus oleh tim pembuatnya, Zerosith Pictures, antara lain ke Jakarta dan delapan kota besar lainnya, selain disertakan ke berbagai festival film pendek bertaraf internasional.


Penulis adalah pengamat film

8/19/07

Selembar Mati Bujang Di Republika



Sabtu, 18 Agustus 2007
Mati Bujang Tengah Malam
Cerita Bom Bali di Yogya

Proses pengambilan gambar tuntas dalam sepekan.


Seorang mahasiswa yang baru saja lulus kuliah dengan predikat cum laude tampak gelisah. Berbekal ijazahnya, segala usaha sudah ia lakukan untuk mencari pekerjaan. Namun, tetap saja kesempatan kerja tak kunjung datang padanya. Tidak hanya itu, ia pun baru saja diputus oleh sang kekasih. Tak lama berselang, sebuah peristiwa besar terjadi. Ledakan bom kembali mengguncang Bali pada 2005.

Itulah sepenggal kisah yang memberi inspirasi Fajar Nugroho menuliskan novel berjudul Buaya Jantan yang terbit pada September 2006 lalu. Novel inilah yang kemudian diangkat ke layar lebar dalam bentuk film pendek berjudul Mati Bujang Tengah Malam. Fajar melakukan adaptasi untuk judul film yang juga ia garap bersama rekan-rekannya pada awal tahun 2007.

Film itu bertutur tentang seorang pemuda bernama Armand (diperankan Erros 'Sheila On 7') yang terpuruk lantaran tak kunjung mendapat kerja dan kemudian diputus kekasihnya Amelia (Artika Sari Devi). Di tengah rasa putus asa karena ingin segera menghasilkan uang demi membantu keluarganya, Armand akhirnya mau melakukan aksi bom bunuh diri atas perintah seorang laki-laki misterius dengan imbalan sejumlah uang.

Beberapa penyesuaian memang dilakukan untuk menuangkan alur novel dalam sebuah film pendek. Dalam penulisan skenario, Fajar dibantu oleh rekannya, Donny Prasetyo, yang memang berprofesi sebagai penulis skenario. Untuk menyusun skenario, Donny membutuhkan waktu sekitar satu bulan melalui empat kali perubahan draft. ''Dalam skenario memang ada perubahan di sana sini termasuk pemotongan cerita,'' papar Donny. Tak sedikit kisah dalam novel yang tidak ada dalam film ini, kata dia, tapi beberapa karakter baru dimunculkan.

Donny mencontohkan, adanya upaya pengalihan isu tentang korupsi dengan melakukan peledakan bom pada alur cerita di novel tidak secara nyata tampak pada film. ''Untuk menggambarkan pengalihan isu membutuhkan waktu yang panjang dan juga adegan yang tidak sedikit,'' papar dia.

Di Yogya
Untuk proses shooting film Mati Bujang Tengah Malam ini menghabiskan waktu selama satu pekan. Sepanjang waktu itu, sejak pukul 05.00 WIB kru sudah stand by di lokasi shooting. Padahal, shooting sendiri dimulai pukul 06.00 WIB sampai malam.

Berhubung seluruh kru memang berdomisili di Yogyakarta, shooting pun dilakukan di seputar kota ini. Karena lokasi bom bunuh diri berlatar sebuah kafe, maka dalam film, kafe bernama Cheers yang berlokasi di Jalan Gejayan, Yogyakarta, dipilih sebagai salah satu lokasi shooting. Tidak banyak dilakukan perubahan dengan kafe ini.''Hanya ada penambahan lampu untuk menghidupkan suasana. Karena kafe itu kurang terang dan ramai,'' kata Fajar yang juga menjadi sutradara film ini.

Sementara lokasi lainnya yang dipilih adalah sebuah tempat kos di Kabupaten Bantel, Yogyakarta, yang menjadi tempat tinggal Armand. Tempat kos ini kebetulan memang sebuah kamar kosong yang sedang tidak disewa dan disewa khusus untuk shooting film ini. Kamar itu adalah sebuah kamar dengan perabotan yang sangat sederhana di antaranya sebuah kasur, meja, dan sebuah papan pengumuman yang sengaja dibuat berisi aturan-aturan kos. ''Tidak ada yang diubah dalam kamar itu karena sudah sesuai dengan skenario tentang Armand, sosok mahasiswa yang hidup sederhana. Papan pengumuman untuk memberi detail kamar kos,'' papar Fajar.

Lokasi lainnya adalah wilayah Kota Baru, Yogyakarta. Di Kota Baru, beberapa adegan dalam film yang menggambarkan suasana keseharian Armand diambil. Sedangkan lokasi terakhir yang dipilih adalah Studio Mataram Surya Visi yang terletak di Kota Yogyakarta. Studio ini disulap menjadi sebuah studio siaran televisi. Di dalam studio itu diambil adegan seorang presenter berita yang sedang membacakan berita baik tentang isu korupsi maupun berita pengeboman.

Yang menarik, dalam salah satu adegan pembacaan berita, mereka menampilkan seorang presenter berita sungguhan, yaitu Grace Natalie dari stasiun televisi antv. Meskipun waktunya sangat sempit, Grace bisa meluangkan waktu untuk pengambilan gambar yang hanya berlangsung selama satu jam. Itu pun di sela-sela liputan antv di Yogyakarta. Selama proses pengambilan gambar yang berlangsung selama tujuh hari sejak 24-30 Maret 2007 tersebut, para kru menggunakan kamera format video Canon SL-2 dan mengerahkan sedikitnya 33 kru.

Sepanjang proses produksi dan editing film yang terbilang indie alias independen ini, kru Mati Bujang Tengah Malam juga dibantu oleh sebuah rumah produksi di Yogyakarta bernama Zerosith Pictures. Dari hasil kerja keras plus berbujet minim itulah, film berdurasi 45 menit tuntas digarap.

Namun, setelah melalui proses editing yang memakan waktu satu bulan, film tersebut akhirnya berdurasi 30 menit. Rupanya, durasi 30 menit sudah ditargetkan sejak awal. ''Kita realistis saja. Karena memang film pendek, ya waktu tayangnya juga tidak boleh terlalu panjang,'' papar Fajar. Di Kota Yogyakarta sendiri, film Mati Bujang Tengah Malam telah beredar sejak Juli lalu. Rencananya, film ini pun siap merambah Jakarta sekitar akhir bulan Agustus. fia

Berbicara dengan Simbol

Tak hanya dengan bahasa gambar, kisah Mati Bujang Tengah Malam ini berbicara pula dengan bahasa simbol. Untuk mengalirkan suasana, tim produksi menyisipkan beberapa simbol yang memiliki arti. Seperti penggunaan simbol dua buah surat, yaitu sebuah surat tagihan pembayaran kos dan sepucuk lagi surat dari orang tua Armand yang mengharapkan dia sebagai tumpuan harapan perekonomian keluarga.

Kedua surat itu menggambarkan tekanan pada Armand sehingga ia tidak ada pilihan untuk menerima pekerjaan dan menjalani aksi bunuh diri. Simbol lain yang dipilih adalah bola golf yang merupakan simbol koruptor dan juga buku-buku yang bercerita seputar terorisme. Rupanya, Fajar Nugroho berharap simbol-simbol ini akan membuat filmnya bakal kaya dengan detail.fia

( )

berita diatas, terbit pada Sabtu (18/8) di Harian REPUBLIKA

8/5/07

Be A Part of History



Jauh hari sebelum berangkat ke Jakarta untuk melakukan screening khusus dan diskusi di MP BOOK POINT. Kami mendapat email berisi tips untuk menjadi filmmaker sukses; tips itu menyebutkan, bahwa untk menjadi filmmaker top, banyak-banyaklah foto dengan orang-orang terkenal lalu pasang di friendster. Tips yang sangat bermanfaat.

Dan begitulah, lewat milis, kabar dari mulut ke mulut, sms berantai gratis diatas jam sepuluh. Kami mengundang banyak senior dan 'orang terkenal' itu untuk hadir di acara yang kami helat sejak pukul tujuh malam.

Kami daulat Akmal Nasery Basral (penulis dan jurnalis) untuk memandu acara layaknya Tantowi Yahya. Kami undang Ekky Imanjaya (kiritikus film dan penulis) dan Jessica Huwae (managing director Spice Magazine dan penulis) untuk menjadi pembicara. Dan dengan berbangga, kami haturkan terimakasih kepada Krisnadi (former Gatra Magazine), Andibachtiar Yusuf (sutradara The Jak), Sakti Salulinggi Parantean (Producer Fictionary Production House), Yan Widjaja (Wartawan Senior), Bobby Batara dan Hikmat (wartawan senior), Agung Sentausa (sutradara film), Lexy Junior Rambadeta (sutradara dokumente) atas kehadiran mereka. Juga Ladya Cheryll yang berkenan hadir. Termasuk Yusuf Raharjo (producer iklan) Juga insan pers lain, dan penikmat film yang tak dapat kami sebutkan satu persatu. Dari Jogja, juga hadir sutradara film Desember dan Camera person film Dialog, Abdul 'Aphuy' Ghafur.

Sayangnya, Erwin Arnada (producer Rexinema) dan Mira Lesmana (producer Miles Film) serta Hanung Bramantyo (sutradara film) berikut Farishad Latjuba (Dewan Kesenian Jakarta) juga Akhlis Suryapati (Ketua Senakki dan anggota LSF) berhalangan hadir karena kesibukan masing-masing. Dan hanya meminta kopi dvd film Mati Bujang untuk dikirimkan.

Sayangnya, kami lupa untuk berfoto bersama mereka!

8/4/07

Tiket Habis di Pemutaran Perdana



"Setiap hari saya cek ke bagian ticketing dan Mati Bujang jadi salah satu film yang tiketnya sold out, selamat!" begitu kata Presiden JAFF Garin Nugroho sehari setelah pemutaran film Mati Bujang Tengah Malam di ajang kompetisi Cahaya Asia (Light of Asia) 31 Juli lalu. Biarpun jadwal pemutaran Mati Bujang di Gedung F Benteng Vredeburg bebarengan dengan Awarding Deddy Mizwar yang digelar di Gedung Societet Militer Taman Budaya, penonton tetap bergerombol di depan pintu masuk yang dibuka panitia pukul setengah delapan.

Ridla, salah satu pengunjung JAFF dari komunitas pelajar Bandung, urung menyimak Mati Bujang karena kehabisan tiket. Sejak sore, tiket pemutaran Light of Asia memang sudah ludes terjual. Bahkan pihak Zerosith Pictures, hanya mendapat jatah 5 tiket gratis dan terpaksa membeli 15 tiket lagi untuk kru film ini yang hampir seluruhnya hadir memeriahkan pemutaran. Bahkan, ditengah persiapan konser Jagostu di ajang Karnaval SCTV dan Sheila on-7 di event Soundrenaline 2007, Eross Candra tetap meluangkan diri untuk hadir bersama tim Mati Bujang. Sayangnya, Artika Sari Devi berhalangan hadir karena harus terlibat dalam ajang pemilihan Putri Indonesia 2007.

Terimakasih untuk panitia Light of Asia JAFF yang akhirnya membuka lebar-lebar pintu Gedung F sesaat sebelum Mati Bujang di putar untuk para penonton yang yang kehabisan tiket.

8/3/07

MATI BUJANG COMING TO JAKARTA!




Setelah di putar perdana di ajang JAFF 2007 pada Selasa (31/7) lalu. Film Mati Bujang Tengah Malam kini menuju Jakarta, kota sejuta impian. Mampukah Armand bersaing? Kita lihat pada Minggu (5/8) mendatang, bertempat di MP Books Point, Kemang Jakarta, pada pukul 7 malam, Mati Bujang akan di putar perdana untuk publik Jakarta. Tanpa Artika Sari Devi dan Eross Candra yang berhalangan, sesi diskusi setelah pemutaran akan diisi oleh Jessica Huwae (Spice! Magz) dan kritikus film Ekky Imanjaya, didampingi moderator Akmal Nasery Basral (jurnalis).

Sampai ketemu di Jakarta!

7/25/07

PREMIERE 31 JULI 2007!



Artika Sari Dewi
Menjadi Kekasih Eros

"Itulah salah satu penggalan cerita dalam film terbaru saya," ujar Artika di Surabaya, Minggu (22/7).

Dalam film berjudul Bujang Mati Tengah Malam itu, dia memang kebagian peran sebagai kekasih pria, si karakter utama, yang diperankan Eros.

"Ini film indie, tetapi bukan film pendek," tutur dara kelahiran Pangkal Pinang, 29 September 1979, ini.

Bujang Mati Tengah Malam bercerita tentang pemuda desa yang berkuliah di kota. Oleh karena kesulitan biaya kuliah dan hal lain, pemuda desa itu lalu terlibat dalam komplotan pengebom.

Sayang, Artika tidak mau bercerita lebih panjang tentang kisah film yang disutradarai Fajar Nugroho itu. Katanya, lebih baik Anda menunggu film berdurasi 90 menit itu di tayangkan sekitar bulan Agustus nanti.

"Film itu juga akan diputar antara lain di pusat-pusat kebudayaan," kata pemain film Opera Jawa tersebut.

Ini adalah kali kedua dia bekerja bersama Fajar Nugroho. Ketika masih kuliah, Artika dan Fajar pernah membuat film independen. (RAZ)

***


Kutipan diatas diambil dari kolom NAMA & PERISTIWA di Harian Kompas edisi Selasa 24 Juli lalu. Mungkin karena judul kepanjangan dan Artika kelupaan, judul film Mati Bujang Tengah Malam terbalik sebut menjadi Bujang Mati Tengah Malam. Durasi final 30 menit akan diputar perdana di event akbar Agustus ini; Jogja-Netpac Asian Film Festival 2007 di Yogyakarta pada 29 Juli hingga 2 Agustus. Mati Bujang akan diputar pada 31 Juli di Gedung F kompleks Benteng Vredeburg Yogyakarta pukul 19.00 WIB. Eross Candra dan beberapa cast direncanakan hadir, sementara Artika, karena kesibukannya berhalangan.

7/19/07

Fresh & Original, You Must See!



"Fresh & Original, Tonton!"
- Hanung Bramantyo -

Akhirnya, tujuan itu sampai sudah. Kami mendedikasikan film ini untuk memeriahkan Jogja Asian Film Festival yang digelar di 'rumah' sendiri, Jogja. Tak sekedar memeriahkan, Mati Bujang lolos kurasi untuk turut serta di kategori kompetisi Cahaya Asia. Laiknya Timnas Indonesia yang beraksi di ajang Piala Asia. Kami berharap dapat menjadi tuan rumah yang baik, dan berprestasi semaksimal mungkin. Catat tanggal pemutaran perdananya di ajang paling bergengsi di Jogja itu:

P R E M I E R E
FILM MATI BUJANG TENGAH MALAM
31 JULI 2007, JAM 19.00 WIB
GEDUNG F - BENTENG VREDEBURG, JOGJA

KOMPETISI CAHAYA ASIA
JOGJA ASIAN FILM FESTIVAL 2007
29 juli - 2 Agustus 2007
(LIP Cinema - Benteng Vredeburg -
Societet)

MATIBUJANGTENGAHMALAM.BLOGSPOT.COM

7/7/07

Mati Bujang Cahaya Asia!



Akhirnya, jadwal pemutaran perdana film MATI BUJANG TENGAH MALAM ditetapkan;

Di Jogja, pemutaran perdana film ini akan digelar di ajang JOGJA ASIAN NETPAC FILM FESTIVAL 2007 yang akan di gelar pada 29 JULI - 3 AGUSTUS mendatang. Jadwal pemutaran resminya masih menunggu dari Panitia JAFF, namun MATI BUJANG TENGAH MALAM lolos kurasi untuk disertakan dalam kompetisi CAHAYA ASIA di event akbar tersebut. Direncanakan, Artika Sari Devi, Eross Candra, Memed Jantan August dan semua kru ikut memeriahkan hari pemutaran perdana Mati Bujang.

Usai diputar perdana di JAFF, pada 5 Agustus, Mati Bujang di putar perdana di JAKARTA. Bertempat di MP BOOKS POINT. Usai pemutaran akan digelar diskusi kecil yang menghadirkan Artika Sari Devi dan dimoderatori oleh Akmal Nasery Basral (novelis dan jurnalis Tempo Magazine), sayangnya, Eross Candra dipastikan tidak hadir karena harus bersama Sheila on-7 di ajang Soundrenaline 2007 di Surabaya.
---

Semua tim produksi yang terlibat proses Mati Bujang Tengah Malam pasti tahu, bahwa urutan pertama festival yang direncanakan untuk diikuti film ini adalah JOGJA ASIAN FILM FESTIVAL 2007. Itu tertulis dalam THE BLACKBOOK OF MATI BUJANG TENGAH MALAM. juga saat rapat produksi pertamakali, Fajar mengatakan di depan forum, bahwa film ini dibuat dan didedikasikannya untuk memeriahkan JAFF 2007.

DVD Mati Bujang kami kirim kepada Ismael Basbeth dan Ipunk dari JAFF untuk di kurasi oleh Panitia, dari Ismael kami tahu, tim kurasi terdiri dari Ifa Isfansyah, Yosep Anggi Noen dan Budi Irawanto. "Kami menilai, gagasan film ini cukup bagus dan harus disampaikan, jadi semoga film ini dapat memberi kejutan," begitu komentar Budi Irawanto ketika dihubungi via telepon pada Sabtu (7/7) siang. Dan, akhirnya, tak sekedar memeriahkan, Mati Bujang masuk dalam ajang kompetisi CAHAYA ASIA dan akan bersaing dengan berbagai film dari belahan Asia lainnya.

Begitu Ismael memberi informasi tentang lolosnya Mati Bujang melewati proses kurasi di JAFF malam tadi. Selametan kecil di gelar di studio editing Zerosith Pictures, bahkan Eross Candra datang membawa lima bungkus sate ayam dan makanan kecil. Waktu yang sama, ditempat lain, di studio pribadinya dan merasa menyesal tak bisa bergabung dengan kami, Giwang Topo mengirim sms bahwa dirinya semakin bersemangat untuk menyelesaikan scoring film ini.

7/6/07

God Would You Help Me Up Today?



Judul diatas adalah lick keren dari single Mau Tak Mau. Video klipnya kini tengah memasuki masa editing online.



klik dan simak 19 detik potongan video musicnya:

http://www.youtube.com/watch?v=P1sildi2Sa8

This short film featured a song from Jagostu "Mau Tak Mau" which will be release on this August. The film it self will be distributed on VCD soon..

7/4/07

Nugross Coming To England!



Blog film Mati Bujang Tengah Malam ini akhirnya harus mendedikasikan satu lembar khusus untuk Fajar Nugroho, sutradara film tersebut yang seperti kata beberapa komentar, kembali mendapat keberuntungan. Fajar, sejak kecil gemar membaca novel seri Sir Arthur Conan Doyle, Sherlock Holmes yang terkenal lewat ilmu deduktif dan menjadi bapak detektif modern dari Scotland Yard di Inggris. Mengunjungi kediaman Holmes di Baker Street 221 London adalah impian Fajar. Pun binar matanya sangat terlihat ketika membaca artikel interviu John Lennon di Majalah Playboy Indonesia edisi Juli 2007, sejak kecil, walau bertahun-tahun kemudian baru Fajar sadar bahwa yang dibelinya di kaki lima Ngejaman Malioboro adalah kaset The Beatles bajakan, namun kesukaannya akan The Beatles tetap terpupuk hingga turun ke band legendaris Koes Plus. Kecintaan pada sepakbola, Manchester United, dan David Beckham juga terlihat pada film Sangat Laki-Laki nya, dimana film itu khusus merekam peristiwa kepindahan Beckham ke Madrid pada 2004.

Kini, kami memposting ulang release resmi dari British Council berikut untuk supaya Anda tahu, apakah bentuk keberuntungan baru buat sutradara Mati Bujang Tengah Malam ini;

Dear All,

20 FINALIS IYCEY DESIGN & FILM AWARD 2007
YANG AKAN MENENTUKAN MASA DEPAN INDUSTRI DESAIN & FILM INDONESIA


Dua Puluh finalis kreatif dari kancah industri desain dan film telah terpilih dalam ajang kompetisi International Young Creative Entrepreneur of the Year (IYCEY) Design & Film Award 2007. Mereka terpilih setelah menyisihkan 40 peserta IYCEY Design dan 27 Peserta IYCEY Film lainnya dan akan memperebutkan sebuah kesempatan untuk mengikuti kompetisi internasional IYCEY Design Award 2007. Pemenang dari Indonesia akan bersaing dengan 9 pemenang negara lainnya (Argentina, China, Estonia, India, Nigeria, Poland, Slovenia, Thailand, dan Venezuela untuk IYCEY Design dan Brazil, China, Georgia, India, Lebanon, Lithuania, Nigeria, Poland, dan Slovenia untuk IYCEY Film) dan berkesempatan memenangkan dana GBP 7.500 yang akan dipakai untuk pelatihan dan membangun jaringan industri desain & Film antara Inggris dengan negara pemenang.

Dan untuk 10 Finalis IYCEY Film Award 2007 sebagai berikut berdasarkan abjad:


No
Nama Finalis
Job Title

1
Agus Nugroho
Programmer ( Program Manager ) Festival Film Dokumenter

2
Anastasia Rina Damayanti
Film Producer Opera Jawa

3
Andibachtiar Yusuf Siswo
Film Producer & Director Bogalakon Pictures

4
Choiru Pradhono
Director for Justkidding Video Explore

5
Dimas Jayasrana
Programmer, Curator & Director

6
Fajar Nugroho
Reporter, Writer & Film Director Nugrossinema

7
Fajrian
Founder of Komunitas Layar

8
Hario Sasongko
Director and Studio Head Sky Boost

9
Sakti Salulinggi Parantean
Director Fictionary Media Technology

10
Wahyu Aditya
Director Hello;Fest, a division of Hello;Motion


Pengumuman pemenang International Young Creative Entrepreneur of The Year Design & Film Award 2007 akan dilaksanakan pada tanggal 13 April 2007 di Blitz Megaplex, Grand Indonesia pukul 19.00 – 21.00 WIB.

Keterangan lebih lanjut mengenai profil 20 finalist bisa log on ke:
http://www.britishcouncil.org/indonesia-arts-iycey-design-finalists-2007.htm?mtklink=indonesia-arts-iycey-design-finalists-2007
http://www.britishcouncil.org/indonesia-arts-iycey-film-finalists-2007.htm

---

Beberapa nama diatas adalah senior dan rekan Fajar, Agus Nugroho adalah program director FFD Yogyakarta yang sampai kini masih berang karena dvd dokumenter Noam Chomsky milik FFD belum juga dibalikin Fajar. Andibachtiar adalah senior yang menunjukkan dokumenter Jakarta Kota Gue pada akhir Desember 2004 dan mau tak mau memancing lahirnya dokumenter Jogja Needs A Hero, sedang Dimas Jayasrana adalah Art Director dan pembimbing Fajar saat memproduksi film Dilarang Mencium Di Malam Minggu. Dan Sakti Salulinggi Parantean adalah produser Fajar saat memproduksi film dokumenter Kerajaan di Tepi Bengawan.

Saat jeda partai final Liga Champions tahun 1999, antara Bayern Munchen dan Manchester United, Sir Alex Ferguson berkata pada Roy Keane dan tim United di ruang ganti; "Kalian lihat piala Liga Champions itu? Hanya selangkah di depan mata, sekarang kita raih, atau semuanya akan lenyap begitu saja!"

London, hanya selangkah di depan mata. Kata Fajar; "Andai saat Mas Eric Sasono ngasih saya buku film berbahasa Inggris dan bilang bahwa saya harus belajar bahasa Inggris atau nggak akan bisa kemana-mana saya dengarkan, mungkin semuanya akan lebih mudah."
(RED)

Selamat Bermimpi...



Ini kisah tentang mimpi. Mimpi pertama, jatuh ke Harwan Panuju, lighting man Mati Bujang Tengah Malam yang kini tengah menyutradarai sebuah film. Impiannya cukup sederhana, namun seberharga impian jutaan Sheila Gank di mana pun berada, yaitu bertemu muka dengan Eross Candra.

Alhasil, satu persatu impian kita memang akan terwujud, seperti Mati Bujang menjadi film indie pertama yang di review oleh majalah Cinemags (begitu dirilis redaksi Cinemags), jadi simak liputan eksklusif Mati Bujang di majalah Cinemags edisi Juli depan. Tapi masih ada satu lagi impian besar dari seluruh tim produksi film Mati Bujang, yaitu melihat filmnya selesai di kerjakan. So, why everything so slow?

Benarkah lambat? Oh tentu tidak, kan jadwal premiere film ini sudah diumumkan, bakal diputar perdana di MP BOOKS POINT Jakarta pada 5 Agustus 2007. Bahkan mungkin sebelumnya, sejak tanggal 29 Juli hingga 3 Agustus akan diputar di ajang Jogja Asian Film Festival. Hari ini (4/7) kami mengirimkan copy dvd Mati Bujang untuk dikurasi oleh kepanitiaan JAFF.

Sebelum tanggal-tanggal pemutaran itu, video klip Mau Tak Mau, single milik Jagostu band yang menjadi soundtrack film ini akan dirilis terlebih dahulu pertengahan Juli nanti, bareng sama launching band dan albumnya.

Jadi, saat ini kami tengah mengurus legalisasi dari soundtrack dan turunannya yang akan dipasang di film Mati Bujang kepada pihak Sony-BMG. Selain dengan SONY-BMG kami juga tengah mengurus perijinan pemakaian single Hey-Satan milik grup Sigur Ross. Karena tentu saja, segala hal yang melekat dalam film ini, tidak asal pasang begitu saja, apalagi sekedar meminta ijin lewat lisan. Seluruh tim produksi belajar banyak dari kasus pencabutan piala citra terhadap film Ekskul, apalagi, sutradara film ini adalah sarjana hukum.

Mulai hari ini juga, film telah diserahkan kepada Giwang untuk memberikan original score. Mulanya, kami memberi full length duration film Mati Bujang kepadanya, dua hari kemudian, Giwang mengirim balik film setelah diisi beberapa sample scoring original buatannya. Dan setelah melakukan beberapakali pertemuan intensif, Giwang sepakat untuk mengerjakan scoring film ini. Sosok jebolan ISI yang jago memainkan berbagai alat musik ini sangat excited untuk terlibat menyelesaikan film ini.

Jadi, jika Amelia mengatakan 'Selamat bermimpi' kepada Armand. Sesungguhnya, untuk menyaksikan film ini bukan impian lagi. Karena kami bekerja keras, melakukan apapun dengan teliti untuk mewujudkan impian kami menyelesaikan film ini. Bukankah hanya orang dungu, yang berharap impiannya terwujud, padahal tak melakukan apapun sepanjang hari? (RED)

- Impian lainnya adalah Kelik yang sukses bertemu dengan Ladya Cheryl, saat syuting klip soundtrack dilakukan :)

6/25/07

VIDEO KLIP SOUNDTRACK; Armand Akhirnya Bertemu Dengan Sang Bidadari!



Sabtu (23/6) lalu, syuting untuk video klip soundtrack film Mati Bujang Tengah Malam, single 'Mau Tak Mau' milik Jagostu Band, akhirnya di gelar di kawasan Pantai Depok, sekitar 3 kilometer ke arah Barat dari Pantai Parangtritis. Persiapan syuting klip ini lumayan singkat, hanya 4 hari. Proses yang membuat hampir semua kru benar-benar memeras otak dan keringat, serta tanggap sasmito.

Single 'Mau Tak Mau' adalah lagu jagoan kedua dari grup band bentukan Eross Candra, masuk dalam album perdana Jagostu dari SONY-BMG yang akan edar Juli depan. Mulanya, memang sudah ada gosip akan adanya syuting klip single ini, secara soundtrack, pasti klipnya akan memuat sedikit cuplikan filmnya. Namun, tak disangka, Eross berkeinginan produksi klip dipercepat, secepat mungkin.

Maka, setelah semalaman suntuk mendengarkan lagu Mau Tak Mau hingga ratusan kali sampai jam enam pagi. Storyline klip ini pun kelar di garap Fajar yang juga untuk kali pertama menyutradarai sebuah video klip. "Fajar pernah bilang ke saya, kalau dia membuat sebuah video klip pertama kali, maka yang digarapnya adalah sebuah klip band major label!" begitu kisah Harwan Panuju bersaksi. Kelar mengerjakan storyline (Eross memang meminta klip Mau Tak Mau memiliki cerita sendiri seperti film pendek), Fajar tidur seharian dan menyerahkan segala sesuatunya kepada Donny Prasetyo yang klop menjadi asisten sutradara Fajar sejak di Mati Bujang Tengah Malam. Tim produksi klip ini pun tak jauh beda dengan tim produksi film Mati Bujang Tengah Malam. DOP masih dipegang Fauzy Bausad dan Art Director tetap dipercayakan kepada Andy Tjahyadi. Hanya kamera yang digunakan, adalah kamera HDV.

Sesosok bidadari berlarian kesana kemari mengumpulkan sosok-sosok manusia yang putus asa. Kejadiannya di alam maya, dan salah satu sosok yang datang adalah Armand Ferdinan yang mati dalam aksi bom bunuh dirinya. Begitu kira-kira kisah klip Mau Tak Mau, selain perform dari Eross dan tiga personel Jagostu lain, Helmi (vokal), Brian (drum) dan Alam (bassis). Sosok bidadari pun diperankan oleh artis yang melejit lewat film Ada Apa Dengan Cinta? yaitu Ladya Cheryl.

Sebelum produksi digelar sejak jam 4 pagi itu, Fajar memang meminta tim produksi untuk mendukungnya mati-matian, karena dirinya diserang nervous yang luar biasa saat hendak mendirect video klip perdananya. "Untungnya, resep dari Mas Agung Sentausa cukup jitu, yaitu mendengarkan lagunya berkali-kali tanpa henti!" kata Fajar yang mengaku terus mendapat dukungan dari sutradara video klip dan film Garasi, Agung Sentausa selama syuting lewat sms.

Nah, bagaimana hasilnya? Mungkin akhir Juli nanti kita bisa menyimak klip Jagostu ini di MTV Indonesia!!!

5 AGUSTUS 2007



"Yang istimewa dari film ini, sebagai nilai jualnya, tentu kehadiran
Eross 'Sheila on 7' Candra sebagai Armand dan Artika Sari Dewi
sebagai Amelia, pacar Armand. Selain Garin, mana coba sutradara
Indonesia yang berhasil menggaet Artika main film? Sampai dua kali
lagi!"

Nah, paragraf diatas adalah cuplikan resensi dari Arie Saptaji. Dan Kamis (20/6) malam, di kedai kopi yang di bom Armand dalam film Mati Bujang Tengah Malam, Cheers Coffee yang malam itu launching hotspot (Ary Budi Prasetyo menyebutnya HOTSHOT!), Fajar Nugroho tanpa sengaja bertemu dengan Garin Nugroho.

Pada malam tanggal 25, Garin mengirimkan sms, ucapan selamat atas film Mati Bujang Tengah Malam. Dvd Mati Bujang sengaja diberikan Fajar saat bertemu dengan Garin di Cheers beberapa hari sebelumnya.

Dan, sebelum menyimak pemutaran perdana film Mati Bujang Tengah Malam yang akan dilaksanakan pada 5 Agustus 2007 di MP BOOKS POINT Jakarta atas undangan Kris Budiman, Direktur Penerbit Bentang yang akan disertai dengan diskusi bersama Artika Sari Devi dan Eross Candra (jadwal Eross masih menunggu jadwal SOUNDRENALINE 2007) dengan moderator Akmal Nasery Basral. Kita simak dulu komentar khusus beberapa orang berikut;

"Mati Bujang Tengah Malam menunjukkan gaya bercerita Fajar Nugroho yang kian intens mendalami realitas sosial kontemporer masyarakat. Namun dengan pengisahan yang membebaskan diri dari stereotip beku dramaturgi perfilman Indonesia."
(Akmal Nasery Basral, Jurnalis - Penulis)

"Cinta adalah kekuatan terbesar yang dimiliki manusia. Kekuatan ada bukan karena kedudukan dan harta. Dan, film ini memiliki kekuatan cinta yang luar biasa besarnya!"
(Ladya Cheryl, Artis Film)

"Nasib apa yang menunggu seorang sarjana pengangguran di negeri ini? Dari sebuah tragedi, ending Mati Bujang Tengah Malam bergeser jadi sebuah komentar sosial yang mengejutkan!"
(Arie Saptaji, Kritikus Film)

"Untuk film indie, ini kebagusan! Keren!!!"
(Baim, Musisi)


Jadi, sampai jumpa pada 5 AGUSTUS 2007, atau buat kamu yang di Yogya, kita tunggu gelaran JOGJA ASIAN FILM FESTIVAL 2007!

6/20/07

Cupid Bersayap di Tepian Pantai



Sabtu (9/6) lalu, add-shot Mati Bujang Tengah Malam di lakukan. Dengan tim kecil, director, DOP Fauzi Bausad dan askamnya Novianto, juga Kellik, Apun serta asisten Art Director Benni, pimpro Yousep dan beberapa teman lain berangkat ke Pantai Depok, talent yang ambil bagian hanya Memed Jantan August dan RM Anton Widiarsono. Nama terakhir adalah talent yang baru kali ini ikut syuting. Adegan yang diambil memang bagian terpenting dari film, baru diambil belakangan, karena sang sutradara baru belakangan ini menemukan ikon penting yang menjadi simbol kesuksesan duniawi, yaitu sebuah patung cupid bersayap duduk diatas bola dunia.

6/13/07

MEREKA NONTON DULUAN...

Sejak kelar di edit off-line Mei lalu, hingga disempurnakan pada awal Juni. Kami mengundang beberapa senior dari berbagai latar belakang untuk menonton film Mati Bujang Tengah Malam yang dari segi audio dan scoring belum sempurna sama sekali. Sosok pertama yang kami mintakan pendapatnya adalah supervisi director film ini, sutradara Hanung Bramantyo.



Sosok kedua, kami culik dari hotel Quality Jogja, disela-sela kesibukannya melakukan kunjungan kerja dari majalah yang digawanginya. Jessica Huwae, former SPICE! Magazine ini mampir ke studio editing di Zerosith Pictures tepat pukul 12 malam, dan sejenak duduk menyimak Mati Bujang Tengah Malam.



Sosok ketiga adalah former TEMPO Magazine yang juga penulis novel IMPERIA, kumpulan cerpen ADA SESUATU DI KEPALAKU YANG BUKAN AKU serta penulis novel NAGABONAR JADI 2 yang juga mampir ke Zerosith Pictures sebanyak dua kali dalam kurun dua pekan untuk menyimak Mati Bujang Tengah Malam sebanyak dua kali pula. Beliau adalah Akmal Nasery Basral yang menonton Mati Bujang, selalu tepat tengah malam dan lepas tengah malam. Lewat Akmal pula, copy dvd off-line film ini sampai ke tangan Deddy Mizwar untuk ditonton dan diberi catatan.



Terakhir, kami punya sosok yang ramah dan sangat bersahabat ini. Jawa tulen, asli Temanggung yang foto di friendster pribadinya mirip dengan rak buku. Kritikus film yang terkenal dengan nick name Den Mas Marto serta telah merilis buku Obrolan Tukang Nonton ini hadir di Zerosith Pictures untuk menonton Mati Bujang Tengah Malam bersama rekan-rekannya dari milis Apresiasi Sastra.



Sampai hari ini, kami masih mengejar dua sosok lagi untuk dimintai komentarnya tentang Mati Bujang Tengah Malam sebelum resmi dirilis bulan Agustus nanti. Sosok pertama adalah kritikus film Eric Sasono dan penulis skenario Mengejar Mas-Mas Monty Tiwa. Dan berikut, adalah review yang ditulis oleh Arie Saptaji, kami ambil dari postingan beliau di milis dunia-film;

Selasa Kliwon, 12 Juni 2007. Malam kian merangkak tua. Perut
dikenyangkan oleh sajian Gudeg Sagan, gudeg basah yang menurutku
paling mak nyus di Yogya; benak disegarkan dengan tukar cerita dan
curah gagasan bersama rekan-rekan yang terkumpul. Ada rombongan dari
FKY: Stevie, Gendhotwukir, Untoro, Aan, dan Mario Bo Niok, yang akan
meluncurkan novelnya "Ranting Sakura" hari Sabtu. Ada suami-istri
Ragil-Anindita. Aku mengajak kawan, Yosua. Yang mengundang kumpul-
kumpul, dan dengan dermawan menraktir kami semua dari royalti novel
barunya yang laris manis, Akmal NB, muncul belakangan. Ia diiringi
Fajar Nugroho, sutradara muda yang passionate, dan Kris Budiman dari
Bentang. Sudah bisa ditebak, obrolan pun berkisar seputar sastra,
penerbitan, dan film. Gayeng.

Dari situ rombongan – minus Ragil-Anindita – meluncur ke Zerosith,
studio ph di kawasan Nologaten. Menu berikutnya: "Mati Bujang Tengah
Malam" (MBTM), film cerita terbaru besutan Fajar, yang masih dalam
tahap editing. Kami diminta ramai-ramai mengomentari dan memberi
masukan.

MBTM diolah dari cerpen berjudul sama yang ditulis Fajar pada 2005.
Skenarionya digarap oleh Donny Prasetyo, yang malam itu juga hadir
bersama sejumlah crew lain.

Nasib Armand, si bujang dalam kisah ini, tak ayal langsung nyambung
dengan riwayat ratusan ribu sarjana pengangguran di negeri ini. Lulus
cumlaude, namun selama tiga tahun terlunta-lunta, tak kunjung
berhasil mendapatkan pekerjaan. Keluarga di rumah meminta dia pulang
kampung saja. Pacarnya memutuskan hubungan secara sepihak. Lengkaplah
kemalangan si Armand. Sampai pertemuan dengan seorang lelaki
misterius menjungkirbalikkan dunianya.

Secara teknis, Fajar tampak makin mahir dengan medium tuturnya. Meski
sisipan flashbacknya semula agak sulit diikuti, namun akhirnya cerita
bergulir dengan mulus (untung pula aku sudah sempat membaca petilan
skenarionya) . Sudut-sudut pengambilan gambarnya lumayan berani dan
bervariasi, seperti beberapa bird's-eye-views. Menarik pula saat
sosok Armand terpuruk di tengah bangku taman sementara lalu lintas di
kiri-kanannya terus bergegas. Atau, Armand menghilang muncul di balik
bis kota yang berseliweran dengan pakaian yang berganti-ganti. Bau
dokumenter juga muncul, seperti dalam shot pengakuan Armand dan
pemanfaatan voice over. Selebihnya, Yogyakarta, yang dalam benakku
terkesan klasik dan tradisional, kini tampil molek dan metropolis.
Oya, iringan musiknya asyik sebagai dengaran, namun terlalu riang
untuk kisah yang gloomy ini.

Fajar menunjuk film-film seperti "21 Grams" dan "Babel" sebagai
pemberi pengaruh pendekatan yang dipilihnya. Pengaruh itu tampaknya
masih cair. "21 Grams" menyajikan multiplot secara bersilangan, maju-
mundur, bertubrukan, sampai di ujung film baru penonton bisa
menemukan pertautannya. MBTM, meski disisipi sejumlah flashback,
berplot tunggal, berfokus pada sosok Armand. Maka, ketika kisah si
Armand sudah rampung, dan ternyata kita masih diberi penjelasan soal
si lelaki misterius itu, film lalu terasa berpanjang-panjang. Namun,
rupanya sutradara memang bukan melulu hendak menuturkan pilihan
tragis Armand, melainkan mau menyoroti apa yang bisa disebut, kalau
aku tidak salah menangkap ujaran Kris Budiman, konspirasi penggeseran
isu media, dengan Armand sebagai salah satu korbannya. Malam itu aku
menyebut ending MBTM sebagai twisting, namun yang lebih tepat
tampaknya adalah shifting. Ya, karena skenario belum memberikan
prabayang yang memadai dari sudut si lelaki misterius.

Yang istimewa dari film ini, sebagai nilai jualnya, tentu kehadiran
Eross 'Sheila on 7' Candra sebagai Armand dan Artika Sari Dewi
sebagai Amelia, pacar Armand. Selain Garin, mana coba sutradara
Indonesia yang berhasil menggaet Artika main film? Sampai dua kali
lagi!

Akhirnya, kalau benar film ini tentang konspirasi penggeseran isu
media, MBTM lalu memenuhi nubuatannya sendiri. Saat film ini dilempar
ke pasar nanti, aktualitas keputusan yang diambil Armand di ujung
film mungkin sudah kurang menyengat – tergeser oleh isu-isu lain.
Namun, justru karena isu media terus berganti dengan cepat, bukankah
kita perlu diingatkan akan isu tertentu yang memang penting? ***

Arie Saptaji
http://ariesaptaji. blogs.friendster .com/

6/6/07

LELAKI YANG SELALU DIKHIANATI CEWEK LEBIH CEPAT DARI BAYANGANNYA SENDIRI!



Ini kisah dibelakang layar...
Tentang mengapa film MATI BUJANG TENGAH MALAM belum bisa dirilis setelah syuting kelar Maret lalu. Memasuki bulan ketiga dan MBTM masih diproses di komputer editing, benarkah terjadi kemoloran dari jadwal? Jawabnya, tentu TIDAK! Bukan karena directornya perfeksionis, bukan karena kami malas menyelesaikan, tapi memang, kami berhati-hati dan sangat teliti demi kesempurnaan.

Jadi, sebelum menyimak filmnya nanti, mari kita sedikit berbagi kisah-kisah di belakang layar. Yang pertama, sampai hari ini, kami masih saja tertawa sendiri bila mengingat masa-masa syuting, terutama ketika aktor yang satu ini, ARY BUDI PRASETYO menjalani masa syuting.



Ary pRas dan kompatriotnya, Ison Desi, hadir di studio Zerosith pada hari terakhir syuting untuk mengambil gambar mereka berdua, yang pertama maju tentu Ary Pras. Dialog dalam naskah hanya beberapa patah kata, adegannya langsung head to head dengan Eross Chandra. Take dimulai pukul 10 malam dan selesai dua jam kemudian! Jika Anda pernah membuka friendster Ary Pras (http://www.friendster.com/35296336) anda akan menemukan tagline berikut: ARI BUDY PRASETYO: JURNALIS YANG MENULIS LEBIH CEPAT DARI BAYANGANNYA SENDIRI!

Jangan muntah, tagline itu disadur Ary Pras dari tagline terkenal seri komik koboy LUCKY LUKE. Dan tagline itu mungkin ampuh buat mengejar deadline tulisan kala Minggu Pagi, koran yang diasuhnya terbit. Di lokasi syuting, sang AKTOR gagal BERAKTING LEBIH CEPAT DARI BAYANGANNYA SENDIRI, beliau mencatat 18 kali take ulang! hehehe... Two thumbs up buat semangat beliau. Buktinya, selesai syuting MBTM, Ary Pras ditawari main film lagi di sebuah produksi independen milik Jogja View.

Usai syuting, sebenarnya kami melakukan penjadwalan untuk sesi foto khusus dengan Eross Candra demi kepentingan promosi, pembuatan poster dan pernik merchandise lain MBTM. Di daulat menjadi fotografer dan desainer posternya kelak adalah Raymond Albion, lulusan MSD ini adalah desainer cover-cover kaset band-band terkenal di Jakarta. Sayangnya, usai syuting MBTM kelar, Eross keburu pergi ke salon dan memotong rambutnya pendek sekali. Kini, jadwal foto itu kami susun ulang, menunggu tumbuhnya rambut sang gitaris Sheila on 7 itu.

Memasuki tiga bulan penantian, percayalah kami akan menyajikan film MBTM sesempurna mungkin. Dengan hati kami menyelesaikannya, kami bukan filmmaker yang membuat film lebih cepat dari bayangannya sendiri. Kami adalah laki-laki yang dikhianati perempuan lebih cepat dari bayangannya sendiri, begitu kata Hasim Fatoni (mantan Marketing Director film-film Nugross) ini kini berdomisili di Solo.



Sekali lagi kami posting wajah Harwan Panuju karena adik-adik asuhannya di Marching Band yang ditinggalkannya untuk terjun di dunia film membanggakannya sekarang, juga muka Hasim karena dirinya telah meninggalkan kami ke Solo. Diatas adalah foto keduanya saat mengadu nasib untuk casting sinetron. Karena keduanya akhirnya jadi tim produksi MBTM, sudah ketauan kan kalo castingnya gagal?

Sampai ketemu di kabar berikutnya, dari ruang editing!
SEMANGAT!

5/17/07

CAPTAIN OF MOVIE




17 Kaset Mini DV dan 3000 still photos dilahirkan oleh tim BEHIND THE SCENE produksi film MATI BUJANG TENGAH MALAM. Maklum, sejak produksi hendak digulirkan, tim memang ditekankan dengan filosofi bahwa dokumentasi itu penting. Bukankah budaya dokumentasi memang masih rendah di negara kita? Dan hasil 17 kaset video dan hampir 3000 foto adalah bukti bahwa program menumbuhkan budaya sadar dokumentasi telah berhasil. Namun tak berhenti disitu. Ide baru muncul, bagaimana behind the scene diolah menjadi sebuah film dokumenter khusus dan hasilnya adalah konsep dokumenter berjudul GOOD, BEAUTIFUL & ONE MORE!




DOKUMENTER ini akan bertutur tentang produksi sebuah film dengan subyek utama aktor film itu sendiri. Direncanakan, jika jadwalnya memungkinkan, Eross Candra tetap akan didapuk untuk mengisi narasi film dokumenter itu.



Pada sebuah kesempatan wawancara dengan tim BEHIND THE SCENE seusai syuting, Eross pernah berkata, bahwa apa yang tengah dikerjakan oleh tim produksi film yang dibintanginya, akan menjadi kapten bagi seluruh tim yang terlibat untuk maju ke tahap yang lebih baik dalam berkarya...





Dan sebelum film MATI BUJANG TENGAH MALAM bisa dinikmati, serta film dokumenternya menyusul. Marilah kita berkenalan dengan seluruh personel dibalik layarnya. Percayalah, jika anda tak meluangkan sejenak waktu untuk membacanya, nama-nama berikut hanya akan melaju demikian cepat dan tak ada waktu cukup untuk menyimaknya di akhir film nanti... SEMPATKAN SEKARANG!!!


PRODUCTION PERSONNELS:

PRODUCER
Aryo Wicaksono

LINE PRODUCER
Mario Siregar

ASSOCIATE PRODUCER
Aqila Salma Kamila

PRODUCTION MANAGER
Yousep Eka Irawan A

FILM DIRECTOR
Fajar Nugroho

SCREENPLAY
Donny Prasetyo

DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY
Fauzi Ujel Bausad

ART DIRECTOR
Andy Tjahyadi

SOUND DIRECTOR
Akbar Arif

ASSISTANT DIRECTOR
Donny Prasetyo

2nd ASSISTANT DIRECTOR
Ulin noor yahya

2nd 2nd ASSISTANT DIRECTOR
Arif Rakhman

CAMERA PERSON
Fauzi Ujel Bausad

1st ASSISTANT CAMERA PERSON
Novianto

GAFFER
Fung Kelli

FILM LIGHTING
Kelvin Tatung
Harwan panuju
Aditya Testarossa

TALENT COORDINATORS
Djohan Ekspresi
Yosep Eka Irawan A


ACTING COACH
Ulin Noor Yahya

CLAPPER
Henry S. Wawan

CHARACTER CONTINUITY
Evi Kumalasari

ART CONTINUITY
Alam Akbar

FRAME CONTINUITY
Arief Rakhman

SET BUILDER
Benedictus Beni

PROP MASTER
Akbar Alam

ART RUNNERS
Tin kumalasari
Cipta Kurniawan
Wisnuaji Diputra

LOCATION MANAGER
Yosep Eka Irawan A

WARDROBE
Silvi A. Purba

ASSISTANT WARDROBE
Ninit Tinggi

MAKE-UP
Tanti Karyaatmaja

ASSISTANT MAKE-UP
Sri Handayani

BOOMER
Marta Reza

ORIGINAL SCORE
Irwan Yuniarto
Apun Syarifudin

BEHIND THE SCENE
Heri Kristianto S
Suko Saputro
Nirwan Eden

STILL PHOTOGRAPHY
Dian Kartika Marta
OFF-LINE EDITOR
Fajar Nugroho

ON-LINE EDITOR & COLORING
Fauzi Ujel Bausad

ASSISTANT FOR EDITOR
Ichan

MARKETING DIRECTOR
Hasim Fathoni

FINANCE
Dian Irma

PRODUCTION MARKETING
Folli Cheers
Yousep Eka Irawan A

PRODUCTION DRIVERS
Lukas Totom
Folli Cheers
Hasim Fatoni

PRODUCTION RUNNERS
Slamet Raharjo
Andriastuti
Nikolaus Ronald S

PRODUCTION SUPPORT
M. Ikhsan
Isz

DIRECTOR SUPERVISOR
Hanung Bramantyo


CAST & CHARACTERS:

Eross Chandra │ Armand

Memed Jantan August│ Pria Misterius

Artika Sari Devi │ Amelia

Rendi Ferdinal │ Gilang

Grace Natalie │ News Anchor TV

Satria Rizki │ Pimpinan Redaksi berita

AB Prass │ Kepala personalia kantor

Bp. Ison │ Bagian personalia pabrik

Djohan Ekspresi │ bagian personalia wanita

Agung PETOT Bayu Prasetyo │ preman Kos

Vika Aditya │ Pacar Gilang

Pa Pritt │ Ayah Armand

Ibu Pritt │ ibu Arman

Evi Kumalasari│ Adik Armand


SUPPORTING ACT:

Datu Rembulan │ Pegawai kafe

Tata │ Pengunjung kafe

Ratna ekspresi │ Pengunjung kafe

Fanny │ Pengunjung kafe

Chece │ Pengunjung kafe

Mhia │ Pengunjung kafe

Putri │ Pengunjung kafe

Mario │ Pengunjung kafe

Yosep e. irawan │ Pengunjung kafe

Calvin │ Pengunjung kafe

Fizie │ Pengunjung kafe

Rina │ Pengunjung kafe

Hendry │ Pengunjung kafe

Adit │ Pengunjung kafe

Tejo │ Pengunjung kafe

Arsyi │ Pengunjung kafe

Rikless │ Pengunjung kafe

Ratna │ Pengunjung kafe

Adi │ Pengunjung kafe

Fery │ Pengunjung kafe

Harlis │ Pengunjung kafe

Hadi │ Pengunjung kafe

Alvi │ Pengunjung kafe

Elly │ Pengunjung kafe

Desta │ Pengunjung kafe

Rudut │ Pengunjung kafe

Beni │ Cameraman berita

Reza │ Cameraman berita

Arif │ florr Director berita

Tanti │ make up grace nathalie

Heri │ kameraman berita

Andi Tj │ Redaktur berita

Hasim │ Staff berita

Wisnu │ Staff berita

Alam │ Anak kos

Silvi │ Pembantu pria misterius

Harwan │ Pemain basket

5/14/07

GOOD, BEAUTIFUL & ONE MORE!



Sebuah film yang kamu tonton di mana pun, bisa berarti dua hal; menghiburmu atau membuatmu menyiakan-nyiakan hidup, karena menghabiskan dua jam lebih dan kurang untuk menontonnya. Dan, dua hal itu, bisa membuatmu memberi acungan jempol, atau makian panjang tak berkesudahan. It's okay, asal jangan pernah lupa ini, bahwa saat membuatnya, para filmmakernya tak pernah berniat untuk membuatmu merasa menyia-nyiakan hidup... Bahkan, bukan filmnya saja (yang berdurasi panjang itu) yang dipikirkan, tapi bagian terkecil dari film itu sangat diperhatikan, dan melibatkan sekian puluh bahkan sekian ratus orang. Bagian terkecil itu, disebut FRAME...

Maka, dalam produksi sebuah film, pekerjaan paling menyita konsentrasi adalah tahap pra-produksi. Disinilah sutradara bekerja menterjemahkan naskah yang telah berada ditangannya. Donny Prasetyo, penulis skenario Mati Bujang pernah bilang gini; "Saya dulu membayangkan Mati Bujang itu lebih gelap dari hasilnya sekarang, tapi saya sadar bahwa sutradaranya adalah Fajar yang style nya ngepop banget, but it's okay," katanya usai preview offline. Bekerja selama sebulan lebih membuat konsep Mati Bujang Tengah Malam, para kru bisa memahami keinginan sutradara lewat BLACK BOOK MATI BUJANG TENGAH MALAM yang berisi lengkap dari cerpen asli, skenario final draft, warna filmnya, lokasi dan peta, arah matahari terbit, catatan gangguan suara, jadwal kereta api dan pesawat, hinggal letak kamera akan mengarah kemana. Masing-masing karakter juga mendapatkan referensi dari karakter dalam film tertentu, misalnya sebelum mengerjakan naskah Mati Bujang, Donny Prasetyo mendapat dvd film THANK YOU FOR SMOKING, Eross menonton film DARK, Memed Jantan August menyimak akting Bruce Willis dalam 16 BLOCKS dan Rendi Ferdinal melihat film ALFIE. Sementara handheld film Mati Bujang, mengacu pada film AMORES PEROS dan kamera pun dipercayakan pada DOP yang terkenal jago membuat beauty shot, karena hampir keseluruhan film ini adalah flashback. Jadi harapannya, sesuai dengan keinginan sutradara, yang mengajukan konsep 'keindahan yang menyakitkan'.

Sehingga, dipastikan, jika setiap kru produksi yang terlibat film Mati Bujang ini gemar membaca sejak kecil, maka saat syuting mereka sudah tahu apa yang akan dilakukan... Bahkan, saat syuting, sutradaranya hanya tinggal teriak ACTION dan CUT. Martin Scorsese, sutradara DEPARTED bahkan kisahnya datang ke lokasi syuting saat semuanya telah siap, sehingga ketika turun dari mobil, lengkap dengan jas kebesaran dan topi koboi serta kacamata minusnya, Scorsese melangkah menuju kursi sutradara, berdehem sedikit lalu berteriak ACTION! more, ACTION! setelah puas kemudian CUT! dan segera cabut begitu saja dari lokasi syuting. Karena semua konsep filmnya telah dia tuangkan dalam kertas dan diterjemahkan dengan baik oleh asisten-asistennya dan seluruh kru yang terlibat.

Jadi, jika pernah ada komentar bahwa Fajar Nugroho sebagai sutradara saat syuting Mati Bujang hanya duduk bengong di depan monitor, sesekali merokok dan nggak ngapa-ngapain, ya memang benar, itu bukan gosip. Semua karena, hampir 50 kru film Mati Bujang Tengah Malam, sudah tahu apa yang akan mereka kerjakan, mereka rajin membaca sejak kecil dan gemar menonton film setelah besar... Yang ada malah saat sutradara Mati Bujang telah berteriak bungkus! eh Eross Candra minta take sekali lagi! hehehe...

Bahkan seringnya, sutradara Mati Bujang males berteriak ACTION, dan hanya memilih bilang GOOD, BEAUTIFUL and ONE MORE!

5/9/07

JUNE 2007




Selasa dan Rabu (8-9/5) kemarin, pengambilan gambar untuk melengkapi establish film ini selesai dilakukan. Sejak awal, pengambilan gambar untuk establish film ini memang dijadwalkan setelah editing off-line kelar, sehingga gambar apa yang dibutuhkan bisa terlihat. Beberapa lokasi yang di hunting, adalah kawasan Kota Baru, diatas jembatan Kewek dilakukan pengambilan gambar untuk establish dari sore hingga malam, sehingga kamera merekam kearah Hotel Inna Garuda hampir 45 menit lebih, hasilnya akan di edit secara time-laps (alias dicepetin). Selain Kota Baru, Jembatan Janti dan Bandara AdiSucipto juga direkam, atap-atap gedung di sepanjang Malioboro dan atap Hotel Inna Garuda yang jadi 'gedung ikon' film ini pun tak ketinggalan.

Sebelumnya, Minggu (6/5) pagi dini hari, beberapa grafis untuk film ini kelar diselesaikan oleh Aryo Wicaksono, desain untuk scene breaking news Grace Natalie memakai referensi televisi berita STAR-News dan CNN. Jika nanti diperhatikan, newssticker yang bergerak di layar siaran berita juga berkepentingan menjelaskan kondisi sosial dalam film. Jadi, kami pastikan, tidak ada yang tidak disengaja dalam setiap frame film ini.

Sambil menunggu filmnya yang kini masuk editing online dan bersiap di scoring oleh Arief Akbar dan rekan-rekannya, mari kita baca liputan plus foto eksklusifnya di Fresh Magazine edisi Mei ini.

5/4/07

COMMENTS & RESPONSES; LIHAT CUPLIKAN?



Comments & Responses


addnil (1 day ago) marked as spam
fajar...diupload yah progressnya...hehehee...walaupun ngak bisa ngeliat full filmnya di indo tapi cukup teruja deh dgn trailer filmnya, ternyata pemerannya ya bagus semuanya..kaget dech dikit si eross bisa main film juga yaa...nicely done man...- aku jadi takut sih jika senasib armand, aku mo selesai kuliahan juga ni...amit amit dech....
(Reply)

masnur2000 (15 hours ago) marked as spam Nice movie with the down to earth story..
Pro Nugross: "Boss ane kan dah bilang ente tuh ngk bakat jadi paralegal..
tapi that's life.." keep moving.... :)
(Reply)

Would you like to comment?


TODAY, WE SHARE...

klik disini untuk menyimak trailer
film MATI BUJANG TENGAH MALAM

http://www.youtube.com/watch?v=vG3uTQQ7XYE

VISIT
MATIBUJANGTENGAHMALAM.BLOGSPOT.COM

4/27/07

Acong dan Manfaat Foto-foto...


Date: Friday, April 27, 2007 2:51 AM
Subject: "Memang ada manfaatnya?"
Message: [matibujangtengahmalam.blogspot.com]
,tau ndak? pertanyaan "Memang ada
manfaatnya?" tsb,terlontar dari ayahanda
Fajar Nugross,sesaat setelah kami masuk
rumahnya....dan itu membuatku semakin
yakin betapa film ini terlalu berat akan
tantanganya,maju terus nugross!!,dan
yakinlah kelak kata "itu anak
saya!"pasti lantang terdengar takkala
film tsb jadi...Amin.semoga semua crew
yang terlibat dalam pembuatan film ini
dapat memberi kebanggaan kepada orang2
terdekatnya.

(kebanggan pada diri sendiri foto-foto ya Cong? haha)

4/26/07

FRIEND MESSAGE 2; An Interesting Title



lindda has left a new comment on your post "STORY TOLD BY PICTURE":

MATIBUJANGTENGAHMALAM....wut an interesting title....for this short film I think u can success wit just the main attraction of the title itself dan bonus yaa para pemerannya, establishing shot di doain menarik. Hurm how to watch it ya, dari film2 pendek kamu yg lalu such as dilarang mencium, sangat laki-laki and many more....u done a great job, how to have an opportunity to watch ur movies bcoz I from Malaysia :D..lemme think how to cross the boundary hahaha...keep it up man ;)



Posted by lindda to matibujangtengahmalam at April 25, 2007 12:34 PM

4/25/07

FRIEND MESSAGE: Perkara Jujur Tentang Hati dan Dunia



Date: Wednesday, April 25, 2007 11:16 PM
Subject: helo
Message:

for the first time i've read ur blog * or is it a blog coz i feel like i'm reading a movie script * ..u have the talent..maybe i would say multi talented just like Eross..i really enjoy reading it...lil bit give me the inspirations...well i hope i can watch the movie..this is not becoz of eross * actually ada but only 20%! :D * ..i would love to watch short indonesian's film..mungkin ada perbedaan di antara filem di malaysia.. thats wut fans are looking into it..so keep it up..n do some more movies...dan filem itu bisa menjadi perkara jujur tentang dunia...
gud luck!

Back



Terimakasih atas dukungannya... Disini kami bersemangat ria untuk menyelesaikan filmnya. Walau sebuah pertanyaan dari orang tua terlontar kepada kami; "Memang ada manfaatnya?"

Tapi kami tengah menyelesaikan 'perkara jujur tentang dunia' dari kacamata kami yang masih muda-muda ini... Ini perkara jujur, kami menyelesaikan film ini dengan hati. Dan akan membagi dengan penontonnya kelak...

PS: ini adalah blog resmi film Mati Bujang Tengah Malam, personal blog Fajar Nugroho adalah sutradarakacangan.blogspot.com ---

4/24/07

THE SCREENPLAY DIARIES; Donny Prasetyo



Saya kenal Fajar Nugroho dari karyanya. Sebuah film berjudul ‘Sangat Laki-laki’ dan juga ‘Dilarang Mencium di Malam Minggu’. Dan beberapa dokumenter yang ia kerjakan, cukup membuat saya tertarik dengan personal yang akhirnya bisa saya kenal lebih dekat (ternyata Fajar orangnya cerewet sekali...).

Pertama kali saya baca novel ‘Buaya Jantan’, karya terbaru Fajar Nugroho, pendapat saya adalah, ‘Wow..ada banyak cerpen dalam novel’. Tapi jujur, bukan itu yang membuat saya terkagum-kagum. Melainkan hanya 1 cerpen, yang bahkan saya tak lagi tertarik membaca lainnya. Dan entah mengapa, mood saya mengalir. Otak dan imajinasi saya terusik dengan ide cerita yang menurut saya sangat eksotis itu. Sebuah cerpen, yang berjudul ‘Mati Bujang Tengah Malam’.

Yah, itulah cerpen yang saya maksudkan. Sederhana memang. Namun deretan kalimat itu membuat saya berpikir. Bahkan di atas motor dalam perjalanan ke kantor, rangkaian scene, dialog dan karakter seolah mengalir begitu saja. Bahaya sekali, bukan...?

Dan, hari itu menjadi sangat mengejutkan ketika terdengar rumor bahwa ‘Mati Bujang Tengah Malam’ akan diproduksi menjadi sebuah film pendek. Sekali lagi, ‘WOW...seperti mimpi yang menjadi kenyataan.’ Pikir saya saat itu, pantas beberapa kali kami produksi (Vidklip Ashoka dan program ‘Tips Huahaha..), Fajar selalu muncul. Tanya ini tanya itu, potret sana potret sini, oh..rupanya dia memang sedang merencakan sesuatu.

Mendengar itu, saya sangat berharap, bahwa skenario ‘Mati Bujang Tengah Malam’ jatuh di tangan saya. Dengan alasan, pertama, cerita dasarnya saya suka. Ide itu seperti milik saya sendiri. Saya begitu mengenalnya. Gelap, eksotis, dan penuh intrik sosial yang sangat berharga untuk di filmkan. Menantang sekali menulis skenario seperti itu. Alasan kedua, selain novelis dan film maker, Fajar juga seorang marketing film lokal yang cukup berhasil. Batin saya, semoga saya bisa ikut terkenal dengan publikasi medianya yang luar biasa. Lucu saja membayangkan profil saya diangkat infotainment, cuman gara-gara ganti gaya rambut atau masalah hubungan asmara (hehe..). Dan ketiga, saya sangat rindu produksi film Indie, melampiaskan hasrat setelah lama harus produksi untuk kebutuhan perut.

Harapan saya pun terkabul. Saya yakin hal itu terjadi karena rajinnya berdoa. Fajar pun datang untuk membicarakan masalah ini. Pembicaraan yang cukup efektif. Duduk di sofa loby kantor, bicara ide original, dan saya tambahkan sedikitnya beberapa masukan. Tentu saja waktu itu saya ditraktir rokok dan kopi, yang akhirnya membuat saya ‘tuman’.

Tapi, sumpah bukan karena itu yang membuat saya puas. Lebih pada kesepakatan tentang alur cerita film ini. Rupanya, ide dalam kepalanya hampir sama dengan kepala saya. Dan tak ada yang lebih asyik daripada bekerja dengan orang yang sepaham.

Namun, sebelum semuanya benar-benar berjalan, saya menanyakan pada Fajar. Tentang sejauh mana saya benar-benar bisa mengembangkan cerita. Karena pada dasarnya saya tidak suka bekerja 2 kali. Dan jawabannya hanya satu, adaptasi.

Ini yang saya tunggu. Adaptasi, berarti saya benar-benar bisa mengeksploitasi adegan dan plot cerita. Tapi sejujurnya, saya tak ingin merusak apapun yang berharga dalam cerpen aslinya. Yang perlu saya lakukan hanya menambah dan merubahnya menjadi movie plot story yang dasyat.

Begitulah, akhirnya saya mulai menulis draft demi draft ‘Mati Bujang Tengah Malam’. Melalui beberapa diskusi, baik bersama Fajar sebagai Director dan Original story, Arjo Wicaksono sebagai Excecutive Producer, mapun rekan-rekan di Zerosith, Harwan, Otong, Nopeng, Paping, Ujel, Acil dan lainnya, akhirnya skenario ini dinyatakan ‘Lock’ pada draft 04, dengan kurun waktu pengerjaan sekitar 1 bulan.

Jauh dari maksud untuk melambung. Namun perlu saya akui, bahwa sampai saat ini skenario film ‘Mati Bujang Tengah Malam’ adalah karya pendek terbaik saya. Memang masih banyak kekurangan. Namun, saya merasakan sebuah proses penulisan yang kompleks. Menyangkut idealisme, kompromi, dan juga kolaborasi yang solid.

Dan mungkin terkesan mengada-ngada, jika saya tuliskan disini, bahwa yang membuat saya sangat bangga adalah, bahwa saya berhasil menampung aspirasi teman-teman melalui obrolan ringan tentang kegelisahan sebagai film maker lokal (independent), tentang kegelisahan sebagai kreator-kreator layaknya tokoh Armand dalam film ini. Dan taruhan potong jari, mereka tidak sadar telah menyumbangkan banyak ide berharga dalam film ini.

Dan jika kami harus berkorban layaknya Armand, kami akan mati dengan senyum kebanggaan. Karena bagaimana pun hasilnya, film ini telah selesai di produksi dengan jiwa dan semangat yang luar biasa............



Donny Prasetyo *)


Zerosith, 14 April 2007, 4.31 sore





* Donny Prasetyo adalah penulis skenario film Mati Bujang Tengah Malam dan First Assistant Director Fajar Nugroho dalam Mati Bujang Tengah Malam

4/23/07

STORY TOLD BY PICTURE



Tentang sebuah mimpi yang membuat kami berlari mengejarnya...



Sebuah kisah yang berawal dari kegelisahan...



Sebuah kegelisahan, dituangkan dalam selembar kertas...



Menjadi sebuah konsep yang ingin disampaikan...



Percayalah, dalam Mati Bujang Tengah Malam,
setiap ide kami luangkan waktu untuk dituliskan,
semua gerak kami lakukan dengan alasan,
seluruh benda kami berikan makna...



Setiap detail kami catat dengan baik...



Untuk setiap saat kami baca berulangkali sebelum kami rekam...



Agar menjadi gambar yang penuh makna dan berarti...



Gambar indah yang tak terlupakan oleh setiap hati...



____
Director's Shot by Shot; Pra Produksi Mati Bujang Tengah Malam dimulai sejak November 2006 hingga 24 Maret 2007. Melahirkan buku The Blackbook of Mati Bujang Tengah Malam yang menjadi kitab wajib dan pegangan bagi seluruh tim produksi. Jadi, percayalah, tidak ada yang muncul dalam frame-frame film ini yang tidak disengaja... karena kami menyampaikan sebuah cerita dengan gambar... a story told by picture...