didukung oleh:

didukung oleh:

trailer

(ARSIP BERITA) Ketahui Prosesnya, Baru Komentar

4/24/07

THE SCREENPLAY DIARIES; Donny Prasetyo



Saya kenal Fajar Nugroho dari karyanya. Sebuah film berjudul ‘Sangat Laki-laki’ dan juga ‘Dilarang Mencium di Malam Minggu’. Dan beberapa dokumenter yang ia kerjakan, cukup membuat saya tertarik dengan personal yang akhirnya bisa saya kenal lebih dekat (ternyata Fajar orangnya cerewet sekali...).

Pertama kali saya baca novel ‘Buaya Jantan’, karya terbaru Fajar Nugroho, pendapat saya adalah, ‘Wow..ada banyak cerpen dalam novel’. Tapi jujur, bukan itu yang membuat saya terkagum-kagum. Melainkan hanya 1 cerpen, yang bahkan saya tak lagi tertarik membaca lainnya. Dan entah mengapa, mood saya mengalir. Otak dan imajinasi saya terusik dengan ide cerita yang menurut saya sangat eksotis itu. Sebuah cerpen, yang berjudul ‘Mati Bujang Tengah Malam’.

Yah, itulah cerpen yang saya maksudkan. Sederhana memang. Namun deretan kalimat itu membuat saya berpikir. Bahkan di atas motor dalam perjalanan ke kantor, rangkaian scene, dialog dan karakter seolah mengalir begitu saja. Bahaya sekali, bukan...?

Dan, hari itu menjadi sangat mengejutkan ketika terdengar rumor bahwa ‘Mati Bujang Tengah Malam’ akan diproduksi menjadi sebuah film pendek. Sekali lagi, ‘WOW...seperti mimpi yang menjadi kenyataan.’ Pikir saya saat itu, pantas beberapa kali kami produksi (Vidklip Ashoka dan program ‘Tips Huahaha..), Fajar selalu muncul. Tanya ini tanya itu, potret sana potret sini, oh..rupanya dia memang sedang merencakan sesuatu.

Mendengar itu, saya sangat berharap, bahwa skenario ‘Mati Bujang Tengah Malam’ jatuh di tangan saya. Dengan alasan, pertama, cerita dasarnya saya suka. Ide itu seperti milik saya sendiri. Saya begitu mengenalnya. Gelap, eksotis, dan penuh intrik sosial yang sangat berharga untuk di filmkan. Menantang sekali menulis skenario seperti itu. Alasan kedua, selain novelis dan film maker, Fajar juga seorang marketing film lokal yang cukup berhasil. Batin saya, semoga saya bisa ikut terkenal dengan publikasi medianya yang luar biasa. Lucu saja membayangkan profil saya diangkat infotainment, cuman gara-gara ganti gaya rambut atau masalah hubungan asmara (hehe..). Dan ketiga, saya sangat rindu produksi film Indie, melampiaskan hasrat setelah lama harus produksi untuk kebutuhan perut.

Harapan saya pun terkabul. Saya yakin hal itu terjadi karena rajinnya berdoa. Fajar pun datang untuk membicarakan masalah ini. Pembicaraan yang cukup efektif. Duduk di sofa loby kantor, bicara ide original, dan saya tambahkan sedikitnya beberapa masukan. Tentu saja waktu itu saya ditraktir rokok dan kopi, yang akhirnya membuat saya ‘tuman’.

Tapi, sumpah bukan karena itu yang membuat saya puas. Lebih pada kesepakatan tentang alur cerita film ini. Rupanya, ide dalam kepalanya hampir sama dengan kepala saya. Dan tak ada yang lebih asyik daripada bekerja dengan orang yang sepaham.

Namun, sebelum semuanya benar-benar berjalan, saya menanyakan pada Fajar. Tentang sejauh mana saya benar-benar bisa mengembangkan cerita. Karena pada dasarnya saya tidak suka bekerja 2 kali. Dan jawabannya hanya satu, adaptasi.

Ini yang saya tunggu. Adaptasi, berarti saya benar-benar bisa mengeksploitasi adegan dan plot cerita. Tapi sejujurnya, saya tak ingin merusak apapun yang berharga dalam cerpen aslinya. Yang perlu saya lakukan hanya menambah dan merubahnya menjadi movie plot story yang dasyat.

Begitulah, akhirnya saya mulai menulis draft demi draft ‘Mati Bujang Tengah Malam’. Melalui beberapa diskusi, baik bersama Fajar sebagai Director dan Original story, Arjo Wicaksono sebagai Excecutive Producer, mapun rekan-rekan di Zerosith, Harwan, Otong, Nopeng, Paping, Ujel, Acil dan lainnya, akhirnya skenario ini dinyatakan ‘Lock’ pada draft 04, dengan kurun waktu pengerjaan sekitar 1 bulan.

Jauh dari maksud untuk melambung. Namun perlu saya akui, bahwa sampai saat ini skenario film ‘Mati Bujang Tengah Malam’ adalah karya pendek terbaik saya. Memang masih banyak kekurangan. Namun, saya merasakan sebuah proses penulisan yang kompleks. Menyangkut idealisme, kompromi, dan juga kolaborasi yang solid.

Dan mungkin terkesan mengada-ngada, jika saya tuliskan disini, bahwa yang membuat saya sangat bangga adalah, bahwa saya berhasil menampung aspirasi teman-teman melalui obrolan ringan tentang kegelisahan sebagai film maker lokal (independent), tentang kegelisahan sebagai kreator-kreator layaknya tokoh Armand dalam film ini. Dan taruhan potong jari, mereka tidak sadar telah menyumbangkan banyak ide berharga dalam film ini.

Dan jika kami harus berkorban layaknya Armand, kami akan mati dengan senyum kebanggaan. Karena bagaimana pun hasilnya, film ini telah selesai di produksi dengan jiwa dan semangat yang luar biasa............



Donny Prasetyo *)


Zerosith, 14 April 2007, 4.31 sore





* Donny Prasetyo adalah penulis skenario film Mati Bujang Tengah Malam dan First Assistant Director Fajar Nugroho dalam Mati Bujang Tengah Malam

No comments: