didukung oleh:

didukung oleh:

trailer

(ARSIP BERITA) Ketahui Prosesnya, Baru Komentar

3/16/07

SCREENPLAY: Mati Bujang Tengah Malam

ACT ONE

FADE IN:

01. INT. RUANG KOSONG -- NIGHT

Tembok putih yang kusam. Kosong Tanpa hiasan.

In frame - seorang pria muda berjalan masuk. Lalu mengambil posisi duduk di tengah ruangan (frame).

FADE TO BLACK:

TITLE ON BLACK SCREEN :

'DARI CERPEN FAJAR NUGROHO DALAM NOVEL BUAYA JANTAN'

ARMAND (V.O.)
"Nama saya Armand Ferdinan...usia 25 tahun."

FADE IN:

02. INT. RUANG KOSONG -- CONTINUOUS

Pria itu (Armand), berusaha membetulkan posisi duduknya lebih ke kiri. Kini posisinya benar-benar di tengah frame. Ia menatap lensa kamera, meyakinkan sekali lagi bahwa posisinya sudah benar-benar center.

FADE TO BLACK:

TITLE ON BLACK SCREEN :

'ZEROSITH PICTURES MEMPERSEMBAHKAN'

ARMAND (V.O.)
"..Video ini saya buat tanpa paksaan apapun. Semua saya lakukan atas dorongan hati nurani"

'MATI BUJANG TENGAH MALAM'.

OVER SOUND : DERU MESIN CETAK SURAT KABAR.

CUT TO:

FADE IN:

03. INT.RUANG PERCETAKAN KORAN, KR -- NIGHT

Deru mesin cetak suratkabar terdengar diantara Kesibukan para pegawai percetakan yang melipat dan menyiapkan suratkabar untuk diterbitkan esok.

04. EXT. JALANAN KOTA -- MORNING

Sunrise. ­Establishing dimana orang-orang mulai sibuk, berlalu-lalang memenuhi jalanan kota.

05. EXT. KANTOR REDAKSI KR -- MORNING

CAMERA TRACKING INTO ATMOSFER, STOP INTO SUBJECT

Orang-orang berkerumun membaca suratkabar gratis di depan kantor redaksi Kedaulatan Rakyat.

Nampak sosok Armand diantara kerumunan, seorang lelaki sederhana yang terlihat sibuk mencatat beberapa Hal penting dari kolom lowongan pekerjaan ke sebuah notes lusuh.

Sesekali jemari tangannya menelusuri deretan kalimat dalam kolom itu. ­Ia terlihat sedikit repot karena lengan tangan kirinya sibuk mengapit beberapa amplop cokelat besar, Dan tas ransel dipunggung yang nampak berat Dan sedikit mengganggunya.

06. EXT. JALANAN KOTA, DEPAN COFFESHOP -- DAY

Armand berjalan menelusuri trotoar. Ia nampak letih. Sebuah sedan melintas cepat. Perhatian Armand tertuju pada mobil yang tengah berbelok cepat, memasuki halaman parkir sebuah Coffeshop.

07. EXT. COFFESHOP -- DAY

Nampak Gilang turun dari mobil, disusul Armand. Mereka berdua nampak bahagia. Ketawa-ketiwi ala pemuda yang tak punya beban hidup.

08. EXT. COFFESHOP -- DAY

Armand terus memandang suasana itu dari trotoar, tepat didepan coffeshop. Ia tersenyum kecil.

Nampak parkiran coffeshop yang kosong. Tak ada 1 pun kendaraan yang terparkir di sana.

09. INT. COFFESHOP -- DAY

GILANG
(tertawa lirih, lalu tiba-tiba menoleh cepat kearah kanan)
"Nah..tu dia orangnya. Cakep khan.."

ARMAND
(mencari-cari)
"Yang pake baju pink itu? .. Yang lagi jalan kesini?"

GILANG
"Yup. OK..charming,..inget lu ye,..be charming. Ok..?!"
(memberikan kode, bisik-bisik)

GILANG (CONT'D)
(berdiri menyambut dengan riang)
"Alo Amelia..pa kabar, lo.."

AMELIA
"Baik. Lo pa kabar? Susah banget kontak lo. Lagi sibuk apaan?"
(duduk, disamping Armand)

ARMAND
(nampak salting)

GILANG
"Gak ada kok. Hari-hari gue masih monoton. Kalo nggak ke kampus, di kost, ya disini. Hehe..o iya, kenalin sobat gue.."

AMELIA
"Hey, sori..gue Amelia.."
(menyodorkan tangan, ramah, senyum cantik)

ARMAND
"Armand.."
(senyum kikuk)

GILANG
"Nah..si Armand ini jagonya bikin orang seneng. Kalo gue ngerasa garing,tinggal panggil dia. Urusan yang monoton jadi hingar bingar. Hehe.."
(memberikan isyarat pada Armand agar lebih lunak)

ARMAND
"Ah..gak juga kok. Biasa aja.."
(masih nampak kaku)

AMELIA
"Armand aslinya mana?"

ARMAND
(terdiam, menatap Gilang ragu)

GILANG
(memotong cepat)
"Sama sih kayak gue. Si Armand ini yang megang Menteng. Hehe.."
(sok berbisik pada Amelia)

GILANG (CONT'D)
"Bokapnya sama-sama kontraktor Militer. Satu kantor sih ma bokap gue.."

AMELIA
"Oh.."
(tersenyum manis)



ARMAND
(hanya diam, sedikit bingung)

CUT TO:

10. INT. COFFESHOP -- DAY

Armand duduk sambil mengaduk kopi hangat. Ia menatap sudut ruangan di hadapannya. Nampak senyuman menghiasi wajahnya yang lusuh. Nampak sebagai latar belakang, sebuah TV sedang menyiarkan breaking news.

OVER SOUND : SUARA BREAKING NEWS DI TV.

ANCHOR (O.S.)
" Selamat siang pemirsa, Melinda Siwa, hadir kembali bersama Breaking News. Telah terjadi pembunuhan sadis terhadap gadis muda berusia 23 tahun. Kejadian di Bekasi ini ...dst..dst.."

Tiba-tiba, sebuah tangan menepuk bahunya dari arah belakang. Armand terkejut bukan main hingga ia terlonjak.

GILANG
"Woe..ngapain lo disini? Darimana aja, bro? Kucel amat sih.."
(mengambil posisi duduk, menatap Armand sambil tersenyum)

ARMAND
(masih mengatur nafas)
"Gak ada.."
(pandangan kembali mengarah pada sudut ruangan di hadapannya)

Nampak sudut itu sepi. Meja-meja kosong. Tak seorang pengunjung pun berada di sana.


GILANG
(memperhatikan beberapa amplop di meja, lalu mengambilnya salah satu)
"Dari Nyari kerjaan ya? Emang masih belom dapet?"

ARMAND
(mendesah panjang, ekspresi lusuh.)

Nampak televisi masih menyiarkan breaking news

ANCHOR
"..penyelidikan atas pembunuhan ini berjalan lancar. Akhirnya diketahui bahwa pelakunya adalah sang mantan kekasih korban. Pembunuhan berencana ini dilakukan atas dasar dendam karena pemutusan cinta. Diketahui dari keterangan tersangka, bahwa ia merasa sakit hati dengan korban yang mencampakkannya Karena dirinya tak kunjung mendapatkan pekerjaan.."

11. INT.MOBIL -- DAY

ARMAND
"Aku nyesel nggak bisa nyenengin dia, Lang. mustinya aku bisa jadi seperti apa yang dia arepin.."

GILANG
"Ck...masalahnya bukan itu. Gue rasa nih, lo nya terlalu kaku. Gaul dong. Cewek macem dia tu nggak bisa diajak ngomongin kerjaan mulu, kuliah mulu, penderitaan-penderitaan..basi menurut mereka."

ARMAND
"Ya gimana dong. Hidupku emang nggak pernah lepas Ma semua itu..."

GILANG
(menghela nafas)
"Ya udahlah.. emang kalian belum takdirnya barengan terus."

ARMAND
(terdiam, memandang keluar jendela mobil)

GILANG (O.S.)
"Tapi lo tenang aja, Man. Cewek masih banyak banget. Orang Kata nih, perbandingan antara kaum hawa ma Adam tu 1000 : 1. "

GILANG (CONT'D)
" Yang namanya kesempatan masih segudang, Mand. Buka mata dong.., atau lo butuh bantuan gue lagi. Masih ribuan lho yang lebih 'ehem' Dari amelia.."
(melirik nakal, senyum licik)

ARMAND
"Nggak sempet, Lang.."

GILANG
"Lho..emangnya kenapa? Lo dijodohin?"

ARMAND
"Nggak. Cuman, sekarang prioritasku cari makan."

GILANG
(menghela nafas)

12. EXT. KANTOR -- DAY

Sedan Gilang berhenti di sebuah kantor megah.

13. INT.MOBIL -- CONTINUOUS

ARMAND
"Thanku ya, Lang. aku masuk dulu"
(merapikan amplop coklat di tangan)

GILANG
"Yakin nggak mau ditemenin. Aku lagi nganggur kok.."

ARMAND
"Nggak usah. Kapan-kapan kita ke Coffeshop lagi, ya. Gantian aku yang bayarin.."
(tersenyum dipaksakan)

GILANG
(mengangguk, senyum iba)
"Gampanglah. Sampai ketemu di kost ya.."

ARMAND
(mengangguk, membuka pintu mobil Dan keluar)

GILANG
(memandang Armand, lalu meraih ponsel)
" Siang..ya ini aku.."
(memasukkan gigi 1)

FADE OUT:

14. EXT. KOST ARMAND -- NIGHT

Establshing kost Armand

15. INT.KAMAR KOST ARMAND -- NIGHT

Cahaya terang masuk dari celah dasar pintu kamar. Tiba-tiba, seseorang memasukkan 2 buah amplop dari celah itu.

16. INT.KAMAR KOST ARMAND -- CONTINUOUS

CAMERA TRACKING, FOLLOW INTO ARMAND

Armand berjalan sambil membawa 2 amplop yang baru saja didesak masuk. Ia membuka salah satunya, membaca, menghela nafas, lalu duduk di meja belajarnya sambil terus membaca dengan ekspresi tertekan.

17. INT.KAMAR KOST ARMAND -- CONTINUOUS

Tak lama ia menempelkan kertas itu, sebuah tagihan kost Dan listrik bulan ini, di lembaran gabus yang tertempel di dinding. Diantara tagihan kost Dan listrik bulan kemarin, foto-foto masa kuliahnya dulu, foto mesranya dengan Amelia, mantan kekasih, Dan Diantara beberapa catatan alamat perusahaan.

Arman lalu membuka amplop yang satu lagi. Ekspresi berubah. Ia memandang sebuah surat.

Nampak deretan kalimat yang ditulis rapi, tulisan khas seorang ayah.

AYAH ARMAND (V.O.)
"Seluruh tanah warisan sudah Bapak jual. Buat biaya kamu kuliah dulu, Man. Sekarang, didesa kami berharap kamu segera bekerja, agar bisa membantu adikmu meneruskan sekolahnya. Bapak Dan ibumu juga tak lupa untuk selalu mendoakan, agar kamu diberi kelancaran, kemudahan, Dan juga keberhasilan. Percayalah, Tuhan selalu bersamamu, nak.."

Armand mendesah. Ia lalu meletakkan surat itu di depan tumpukan amplop coklat, kertas-kertas coretan, buku-buku kuliahnya dulu, pigura foto Armand beserta Amelia, Dan juga foto ayah ibunya yang mendampingi saat pesta wisuda dulu.

Nampak sebuah pin emas yang telah berdebu. Tergelak begitu saja tanpa perhatian.

Armand meraih pin itu. Memandangnya, Dan kemudian menggosokkan jemari tangan untuk mengusir debu yang menempel.



18. INT.KAMAR KOST ARMAND -- CONTINUOUS

Jam dinding berdetak monoton. Pukul 8 malam. ­

Nampak pensil, bolpoint, kertas, penggaris, tip-ex, bertebaran di meja belajar.

Armand menarik nafas panjang. Ia lalu meraih notes, membaca beberapa alamat perusahaan Dan syarat-syarat pelamar. Diantaranya telah tercoret oleh stabilo warna hijau cerah. ­

Ia lalu mulai menulis, melipat, Dan memasukkan beberapa kertas dalam amplop yang berbeda. Menyusunnya dalam tumpukan rapi. Kemudian tangannya dengan sigap meraih sekotak lem, tepat di samping foto dirinya Dan Amelia, tepat disamping pin emas yang lusuh. Namun ia harus kecewa karena kotak lem itu ternyata telah kosong.

CUT TO:

19. INT.KAMAR KOST GILANG -- NIGHT

Nampak pintu kamar Gilang terbuka sedikit. Tiba-tiba Armand muncul. Tanpa mengetuk pintu, ia langsung mengintip, Dan mendorong pintu itu hingga terbuka lebar. Wajahnya nampak sedikit terkejut.

Gilang telentang di ranjang dengan tubuh telanjang. Sementara dari perut kebawah, tertutup selimut yang terlihat bergerak naik turun dengan cepat. Gilang membuka matanya dan terkejut melihat Armand.

ARMAND
"...ada lem?"
(nada tercekat,nampak tegang, tak berkedip, melongo)

Tiba-tiba muncul wajah seorang wanita dari dalam selimut. Gilang tak menjawab pertanyaan Armand, ia hanya menatapnya dengan mata penuh amarah.

Tak lama, Armand berusaha menangkis sebuah kamus bahasa Inggris yang dilempar, menghantam pintu kamar dengan keras. Armand segera meninggalkan kamar itu dengan perasaan menyesal.

20. INT.KAMAR KOST ARMAND -- NIGHT

Armand kembali masuk kamar dengan napas menderu. Ia menutup pintu dengan cepat Dan berdiri menyandar pintu. Matanya menerawang. Lalu pandangan tertuju pada salah satu sudut ruangan kamarnya. Seiring terdengar suara deru nafas penuh nafsu.

ANGLE ON CAM RIGHT PAN

Nampak di ranjang, armand Dan Amelia sedang bercumbu. Saat itu, tangan Armand meraih kerah baju sang kekasih. Lalu mulai Melepaskan kancing demi kancing kemejanya.

ANGLE ON O.S ARMAND DAN KEKASIH

Amelia nampak sedikit menolak. Namun Armand yang telah terbakar asmara berusaha untuk terus Melepaskannya. Nampak sebagai latar Belakang, armand masih berdiri di pintu, memandang kilas balik di depannya dengan layu.

ANGLE ON CAM TRACKING INTO P.O.V ARMAND

Amelia akhirnya menampik tangan Armand dengan gerakan kasar. Armand tersadar Dan berusaha menahan Amelia yang hendak beranjak dari ranjang, sembari membetulkan kemeja Dan rambutnya yang acak-acakan. Gadis cantik itu kini terduduk di tepi ranjang. Armand hanya memandangnya dengan nafas menderu.

AMELIA
"Sori Mas..sudah lama aku pengen obrolin ini."
(mengancingkan kemeja)

ARMAND
"Soal apa?"
(mendekat, pandangan serius)

AMELIA
(mendesah, merapikan rambut)
"Hubungan kita.."

ARMAND
(mendesah berat, tertunduk)

AMELIA
"Sampai kapan kita gini terus, mas. Aku takut..kita kebablasan Dan akhirnya..."

ARMAND
"Ya aku tau. Tapi tolong kasih aku waktu. Susah sekali menikah tanpa pekerjaan..kamu tau itu khan"

AMELIA
(menoleh pada armand)
"..yang aku tau, mas sudah berusaha terlalu lama. Sekarang yang mas perlu tau, aku nggak bisa nunggu itu terlalu lama lagi.."
(memasang sepatu)

ARMAND
(memandang tak berkedip)
"Maksud kamu..."

AMELIA
"..aku pengen kita putus saja..."
(beranjak dari ranjang)

Armand masih berdiri di pintu. Ekspresi menegang. Sorot matanya mengikuti bayangan Amelia yang berjalan ke arah cermin.

Amelia berdiri di depan cermin. Merapikan rambut Dan mengoles bibirnya dengan gincu yang diambil dari tas tangannya. In frame - Armand (present) sebagai refleksi di cermin. Menatap wajah gadis itu.

ARMAND (O.S.)
"..apa ini gara-gara kenyataan, bahwa aku cuman orang kampung? Kenyataan bahwa aku cuman anak petani, bukannya anak kontraktor militer seperti yang Gilang bilang dulu..?"

AMELIA
(tertawa lirih, menggelengkan kepala)
"Mikir dong mas. Kita udah bareng selama 3 tahun. Dari mas kuliah ampe lulus. Dari pertama kita kenal di Cafe itu sampai akhirnya kita duduk disini hari ini. Kira-kira masih ada nggak yang nggak aku tau dari mas? Kenyataan itu sudah aku tau lama. Dan maaf, aku bukan wanita yang tergiur dengan kebohongan itu. Tuduhan ini cuman ngebuat aku mikir kalau ternyata mas masih berpikir picik. Mas nggak pernah berubah. Sekarang terserah mas mau bilang apa.."
(menoleh dari cermin, berdiri menghadap Armand)

AMELIA (CONT'D)
"...sekali lagi sori mas. Ini masalah masa depan."
(berjalan meninggalkan ruangan)

Nampak Armand kini memandangi dirinya di atas ranjang dalam refleksi kaca. Over-sound suara kaki wanita, pintu kamar dibuka Dan kemudian kembali ditutup.

21. INT.KAMAR KOST ARMAND -- CONTINUOUS

Armand terduduk di meja belajarnya. Memandangi bingkai foto mesranya dengan Amelia. Ia lalu meraih tumpukan amplop, dengan label kecil yang belum tertempel, bertuliskan, kepada YTH. Kepala bagian Personalia PT. Makmur Sejahtera.

END OF ACT ONE
ACT TWO

22. INT.RUANG PERSONALIA, KANTOR -- DAY

Seorang lelaki gemuk, rapi berdasi tengah mempelajari berkas. Tak lama terdengar pintu terbuka. Ia menatap ke arah pintu Dan kemudian tersenyum ramah.

KEPALA PERSONALIA
"Saudara Armand Ferdinan?"

ARMAND (V.O.)
"Betul, pak.."

KEPALA PERSONALIA
"Oh..silahkan duduk"
(kembali memperhatikan berkas di tangannya)

KEPALA PERSONALIA (CONT'D)
"Saya sudah pelajari berkas lamaran saudara. Apakah benar rektor anda Menyematkan pin emas saat wisuda?"

ARMAND
(nampak bangga)
"Betul, pak"

KEPALA PERSONALIA
"Wah..luar biasa. Anda lulus perguruan tinggi dengan cumlaude, ya. IPK anda menunjukkan prestasi akademik yang sangat luar biasa."

ARMAND
(bangga, melihat sedikit harapan)

KEPALA PERSONALIA
"Em..begini saudara Armand. Saya berjanji akan meletakkan lamaran anda ini di tumpukan yang paling atas. Prioritas utama. Nanti, jika memang perusahaan membutuhkan karyawan, anda pasti orang pertama yang akan saya hubungi"

ARMAND
(nampak sedikit berharap)
"Maaf..kira-kira, apakah perusahaan ini membutuhkannya dalam waktu dekat, pak.."

KEPALA PERSONALIA
"Wah..jujur itu kebijakan atasan. Saya hanya terima order. Eem..semua data diri sudah tercantum khan..?"

ARMAND
"Sudah, pak. Nomor telepon kost, HP, alamat asal Dan juga tinggal sementara..semuanya lengkap, pak."

KEPALA PERSONALIA
"Bagus. Ya seperti itu dulu sajalah. Semoga kita bisa bertemu lagi, saudara Armand"
(mengulurkan tangan)

KEPALA PERSONALIA (CONT'D)
"Gila..karyawan baru dengan IPK segitu. Bisa-bisa aku yang dicopot Dan ngemis cari kerjaan baru.."
(menggerutu)

KEPALA PERSONALIA (CONT'D)
"Sulastri..Panggil pelamar selanjutnya."
(membuka berkas lamaran baru)

SULASTRI (O.S.)
"Baik pak. Saudari Retno Wulandari.."




23. EXT. JALANAN KOTA -- DAY

Armand menyusuri jalanan kota. Nampak lelah. ­Tas ransel di pundak, Dan kertas catatan di tangan masih setia menemani. Ia terus berjalan, masih berusaha mencari-cari alamat diantara angkuhnya gedung perkantoran Dan juga padatnya lalu lintas.

24. EXT. GEDUNG KANTOR -- DAY

Armand berhenti di sebuah gedung perkantoran. Ia memastikan sekali lagi alamat kantor pada notes di tangan. Setelah yakin, ia pun mulai melangkahkan kakinya masuk.

KEPALA BAGIAN 1 (V.O.)
"Ya..saya tau anda memang lulus secara cumlaude. Dan pin emas itu pun sudah cukup menunjukkan bahwa anda orang yang berkualitas. Tapi maaf, perusahaan ini sekarang belum membutuhkan karyawan baru. Tapi saya berjanji.."

25. EXT. GEDUNG KANTOR -- CONTINUOUS

Armand keluar dari gedung dengan wajah lusuh. Dia berhenti sejenak. Memeriksa alamat selanjutnya, Dan kembali berjalan.

KEPALA BAGIAN 2 (V.O.)
"..anda adalah orang pertama yang akan saya hubungi jika memang perusahaan ini membutuhkannya."

26. EXT. JALANAN KOTA -- DAY

Armand terus berjalan di tengah terik matahari. Asap kendaraan, klakson, Dan bayangan-bayangan penolakan berputar dalam kepalanya yang pening. Pusing, terbakar kesuntukan.

KEPALA BAGIAN 3 (V.O.)
"Wah..sayang sekali. Saudara terlambat. Baru saja posisi yang anda tuju terisi. Kira-kira sehari kemarin kita melakukan pengangkatan.."

KEPALA BAGIAN 4 (V.O.)
"Maaf mas..belum buka lowongan.."

AYAH ARMAND (V.O.)
"Apa kabar, Man? Sudah dapat pekerjaan? Bapak mau ngabari, kalau Ibumu sakit. Sudah 3 hari ini tertidur lemas..."

KEPALA BAGIAN 5 (V.O.)
"Begini saja. Besok kalau ada perkembangan akan segera saya hubungi. Nomor teleponnya ada khan..?"

AYAH ARMAND (V.O.)
"..man. Maaf kalau bapak terus menanyakan pekerjaan. Bapak tau memang sulit. Yang namanya hidup memang butuh perjuangan, nak..ibumu sudah agak mendingan. Kemarin sore baru diobati dukun desa sebelah."

KEPALA BAGIAN 6 (V.O.)
"..aduh gimana, ya. Nanti saya hubungi deh..belum ada lowongan.."

CUT TO:

27. EXT. JEMBATAN REL KERETA API TRIDADI SLEMAN -- DAY

Armand berhenti bergerak. Ia terdiam di atas sebuah jembatan kereta. Ia merenungi nasibnya yang sangat buruk. Sesekali menengadah ke langit, seolah bicara dengan Tuhan. Meratap.

28. INT.MOBIL -- DAY

Sebuah kaca mobil terbuka pelan. Nampak dari kejauhan, Armand yang masih termenung di atas jembatan rel kereta. Asap rokok membumbung tebal, mengaburkan pemandangan.





29. EXT. JEMBATAN REL KERETA API TRIDADI SLEMAN -- CONT'D

Sepasang langkah berjalan menelusuri rel kereta. Ia terus berjalan ke arah jembatan, mendekat ke arah Armand yang masih meratap.

Seorang pria, pak Renggo, ia berhenti tepat disamping Armand yang menoleh dengan tatapan heran. Pak Renggo menghisap cangklongnya , menatap pemandangan kota

PAK RENGGO
"Mau mati?"

ARMAND
(menatap heran, lalu menggelengkan kepala)

PAK RENGGO
"Sepertinya disini bukan tempat nongkrong yang baik. Kalau masih mau hidup kenapa ada di sini?"

ARMAND
"Saya tau kok jam berapa keretanya lewat. Saya tiap hari lewat sini."

PAK RENGGO
"Oya?.."
(menatap kagum)

PAK RENGGO (CONT'D)
"Kalau gitu, jam berapa kereta berikutnya lewat?"

ARMAND
"Bapak mau mati?"

PAK RENGGO
(menggeleng dengan tatapan heran)

ARMAND
"Trus..ngapain disini kalo nggak mau mati?"
(penasaran)

PAK RENGGO
(nampak berpikir)
"Nggak tau. Sepertinya saya tersesat."
(menghisap cangklong, menatap armand lekat-lekat)

PAK RENGGO (CONT'D)
"Kamu juga sedang tersesat, khan?"

ARMAND
(menatap pak Renggo tajam. tak dapat bicara)

30. EXT. JALANAN KOTA -- AFTERNOON

Establishing kota. Orang-orang pulang kantor. Kesibukan di akhir pekan yang begitu metropolis.

PAK RENGGO (V.O.)
" Kota memang nggak pernah memberikan yang terbaik. Semuanya semu. Semuanya sengaja ada hanya untuk mengaburkan tujuan utama seseorang."

ARMAND (V.O.)
"Saya nggak ngerti maksud bapak"

PAK RENGGO (V.O.)
"Seperti kamu. Tujuan kamu khan cari kerja. Bukannya terus nongkrong di atas jembatan rel kereta. Apa sebenarnya yang kamu cari di sini? Terus terang, saya nggak liat tuh ada papan yang menginformasikan butuh pekerja di atas sini."

31. INT.MOBIL -- DAY

ARMAND
"Darimana bapak tau saya nyari kerja?"


PAK RENGGO
"Kemana-mana bawa tas Dan amplop coklat lebih dari dari 1. entah di tempat lain. Yang pasti, orang Indonesia yang begini pastilah orang nyari sumbangan atau nyari kerjaan...aku yakin kamu bukan golongan yang pertama."
(tersenyum bijak)

ARMAND
(memandang sisa amplop, terdiam lama)

ARMAND (CONT'D)
" ...saya cuman pengen istirahat sebentar kok, pak."

PAK RENGGO
"Oh..memangnya usahamu itu sudah sejauh mana, kok sudah mau istirahat?"

ARMAND
"Sebenernya bapak ini siapa, sih?"

PAK RENGGO
(tertawa lebar)
"Anggap saja saya orang tua yang sedikit peduli dengan perjuangan.., untuk sedikit perubahan.."

CUT TO:

32. EXT.HALAMAN KOST ARMAND -- AFTERNOON

ANGLE ON CAM FOLLOW THE SUBJECT, 1 TAKE SHOOT

Mobil sedan mewah bercat hitam mengkilat itu menepi. Pintu terbuka Dan keluarlah armand. Kaki armand memaku hingga mobil itu kembali bergerak, menjauh meninggalkannya.

ARMAND (V.O.)
"Perubahan? Perubahan seperti apa yang bapak bayangkan. Sepertinya hidup bapak baik-baik saja. Malah terlihat sangat baik"

PAK RENGGO (V.O.)
" Saya telah melihat banyak Hal. Dan rambut yang beruban ini nampaknya telah bosan teraniaya. Saya terlalu banyak menangis saat melihat dunia terus berkembang dengan kemunafikannya. Dengan ketidakadilan Dan kesombongan yang entah sampai kapan berakhir. Dan perasaan saya ini adalah, ..nyata."

ARMAND (V.O.)
(tertawa sinis)
"Hebat. Semoga saya masih bisa mikir seperti bapak. Tapi mungkin bapak bisa ngomong begitu karena tiap hari nggak perlu jalan panas-panas nyari kerjaan. Nggak perlu pusing dimana lagi hari ini bisa ngutang rokok Dan makan siang."

PAK RENGGO (V.O.)
(tertawa lirih)
" Saya belajar dari itu semua. Dan hidup saya sekarang ini bukanlah tanpa perjuangan Dan pengorbanan. Percayalah, saya pernah mengalaminya."

Langkah kaki Armand menelusuri koridor kost yang sepi. Wajah yang lelah. Namun nampak tebersit rasa penasaran dalam sorot matanya. Ia lalu berhenti di depan pintu kamar. Menatap ke bawah. Terlihat 2 amplop tergeletak dengan separuh telah masuk ke dalam ruangan kamar.

33. INT.KAMAR KOST ARMAND -- AFTERNOON

Armand kembali menempelkan secarik kertas. Tagihan kost Dan listrik bulan ini. Di lembaran gabus, diantara tagihan-tagihan bulan kemarin, 2 bulan kemarin, 3 bulan kemarin Dan juga 4 bulan kemarin. ­

Nampak di meja, amplop yang telah terbuka. Dan ia mulai membuka amplop yang satu lagi. Disamping pin emas yang telah lusuh.

Sebuah surat. Dari sang ayah di kampung. Deretan kalimat pilu yang dituliskan sangat rapi.

Armand membacanya dengan sedih. Ia begitu rapuh hingga tak sadar air mata mulai berlinang di sudut mata.

PAK RENGGO (V.O.)
"Apa yang membuatmu resah? Apakah perjuangan ini sudah membuatmu tak berharga lagi?"

ARMAND (V.O.)
"...Ayah menyuruh saya untuk pulang kampung. Keluarga di sana sudah mendaftarkan diri. Masuk kelompok orang miskin yang tiap bulan bisa menunggu subsidi dari pemerintah. Menurut ayah, lebih baik saya ikut mendaftar saja. Itu lebih baik daripada terus menderita mencari pekerjaan yang tak kunjung ada di kota.."

Armand menutup surat itu. Meletakkannya tepat di depan pin emas usang yang kini nampak tak lagi berharga.

34. INT.KAMAR KOST ARMAND -- CONTINUOUS

Tiba-tiba, pintu kamar terbuka. Gilang mengintip ke dalam.

GILANG
"Hoi, Man. Jadi nggak lo jual pin emas itu?"

ARMAND
(menoleh sejenak, memandang pin emas, berpikir lalu menggelengkan kepala)



GILANG
"Lho..gimana sih?! Udah dapet kerjaan?"

ARMAND
"Belum..."
(pelan, pasrah)

GILANG
(menggelengkan kepala)
" Ck..Batal deh gue bangga-banggain ke ortu. Ya udah deh..gue cabut dulu yak.."
(meninggalkan kamar)

Armand hanya duduk. Ia meraih pin emas itu, Dan lalu meratapinya.

35. EXT. WARUNG -- DAY

Pak Renggo mengamati pin emas di tangannya.

ARMAND (O.S.)
"Saya merasa hina. Perjuangan di kampus dulu nggak ada gunanya. Cumlaude, pin emas..buat apa itu semua.."

ARMAND (CONT'D)
"Jangankan mencari kebahagiaan, mencari sedikit kesenangan saja rasanya nggak mungkin."

PAK RENGGO
"Sama sekali nggak ada kebahagiaan? Atau sedikit kesenangan?"

ARMAND
(tersenyum kecil)
"Pernah sih. ­tapi nggak lama. Langsung menghilang..nggak tahan. Ck..tapi itu soal sepele. Saya nggak mikirin lagi."


PAK RENGGO
"Menurut saya, ini sangat luar biasa. Harusnya kamu bisa mendapatkan Hal besar dari pin emas ini. Lebih besar dari hanya sekedar perasaan cinta"

ARMAND
(mengaduk es dalam mangkuk, menunduk sambil tersenyum sinis)
"Cuman bapak yang ngomong gitu.."

PAK RENGGO
(menatap armand)
"Pernah tau Count of Monte Cristo? Pernah baca bukunya?"

ARMAND
(menggelengkan kepala)

PAK RENGGO
"Sang Count,selalu menerima penderitaan yang terjadi. Tidak pernah mengeluh akan penghinaan Dan terus bersabar, sampai ketika kesempatan itu datang.."

ARMAND
"..nggak ada kesempatan untuk saya. Tuhan nggak disini, pak."

Pak Renggo tersenyum bijak. Ia lalu mengembalikan pin emas pada Armand. Armand memandang pin emasnya.

PAK RENGGO
" Seperti yang saya bilang. Kamu pantas mendapatkan lebih. Sekarang Kesempatan ada di depan mata. Tergantung, apakah kamu mau mengambilnya, atau tidak.."

ARMAND
(mengeryitkan kening)
"Kesempatan di depan mata?"

PAK RENGGO
"Bersabarlah sedikit lagi. Kau akan segera bersama Tuhan."

ARMAND
(nampak bingung)

1 BULAN KEMUDIAN

36. INT.KAMAR KOST ARMAND -- NIGHT

Armand kembali sampai di depan kamar kostnya. Nampak 2 amplop di bawah. Dengan sebagian telah terdorong masuk ke dalam kamar. Armand menatapnya tak bergairah.

Nampak dari kejauhan, Gilang berjalan masuk sambil menelpon.

GILANG
"..ok pak. Sama-sama..nanti kita sambung lagi.."
(ponsel ditutup)

Gilang Terus berjalan ke arah Armand. Menepuk pundak Armand, tersenyum, lalu beranjak pergi menuju kamarnya. Armand hanya memandangnya sekilas. Lalu membuka pintu kamar.

37. INT.KAMAR KOST ARMAND -- NIGHT

Armand duduk. Dengan malas ia membuka amplop itu. Tiba-tiba wajahnya berubah. Ada kecerahan di tengah keterkejutan. Ia lalu tersenyum lebar. Ia menutup wajahnya dengan kertas itu, meneriakkan kata syukur tak berbatas.

Nampak tangan Armand menempelkan kertas itu di lembaran gabus, diantara surat-surat tagihan. Kali ini, yang ia tempelkan adalah peryataan dari induk semang bahwa tunggakannya selama 4 bulan, telah lunas.

Armand memandangnya lama sambil bersorak dalam hati. Tak lama ia melepaskan semua kertas tagihan itu, meremasnya Dan menginjak-injaknya dengan riang.

Armand membuka 1 surat dalam amplop yang satu lagi. Surat dari adiknya di kampung. Ekspresinya berubah. Ada perasaan was-was.

ADIK ARMAND (V.O.)
" Mas Armand. Terima kasih banyak. Sekarang Desy bisa sekolah lagi. Kata bapak, dengan tabungan ini kita juga nggak perlu lagi mendaftar sebagai orang miskin. Ini sudah lebih dari cukup. Malahan, ibu semalam sudah bisa berobat di rumah sakit, mas."

Armand tercengang menatap surat di tangannya itu.

ADIK ARMAND (V.O.) (CONT'D)
"Kami di kampung senang sekali akhirnya mas Armand bisa dapat kerja di kota. Harapan kami terkabul. Bapak Dan ibu tak henti-hentinya bersyukur mas. Oya..jangan lupa jaga kesehatan ya, mas. Nanti kalau ada waktu senggang, mas Armand pulang ya..kami di kampung kangen sekali.."

Armand tak kuasa menahan haru. Ia sujud syukur sambil memeluk surat itu. Ia kembali berdiri, seperti orang kebingungan, ia mengambil jaket Dan tas ranselnya. Beranjak keluar kamar dengan cepat.

38. EXT. JALANAN KOTA -- DAY

Armand berlari menelusuri jalanan kota. Ia mencari-cari sesosok pria tua.

39. EXT. JEMBATAN REL KERETA API TRIDADI SLEMAN -- DAY

Armand berhenti di bawah jembatan kereta. Ia mengamati Dan mencari-cari. Sosok itu tak ada di situ. Ia kembali berlari.

40. EXT. WARUNG -- DAY

Armand mencari-cari di antara orang yang sedang asyik makan. Namun ia kembali kecewa karena tak menemukan pria yang dicarinya.
41. EXT. TAMAN KOTA -- DAY

Armand berhenti di sebuah taman kota. Ia nampak lelah. Tiba-tiba, dari arah belakang, pria tua itu, pak Renggo berjalan mendekat. Armand terkejut ketika pak Renggo duduk di sampingnya.

ARMAND
"Pak..?!..."
(nada tercekat)

PAK RENGGO
(tersenyum)
"Saya sudah bilang khan. Kesempatan ada di depan mata."

ARMAND
"Apa yang bapak lakukan..?"

PAK RENGGO
"Saya hanya mediator. Kamulah penyebab ini semua."
(menghisap cangklong)

ARMAND
"..tapi, saya nggak ngelakuin apa-apa buat bapak."

PAK RENGGO
"Kamu nggak perlu nglakuin apa-apa buat saya. Tapi buat banyak orang..itu pun kalau mau"

ARMAND
"Apa yang Harus saya lakukan sekarang, pak?"

PAK RENGGO
" Armand.."
(menghisap cangklong, menatap armand tajam)

PAK RENGGO (CONT'D)
" Dengarkan saya..Ada jutaan orang sepertimu di dunia ini. Mereka menunggu kesempatan untuk merasakan pengakuan, merasakan kemakmuran, kebahagiaan Dan juga keadilan dari jerih payah Dan segala perjuangan. Namun, tak semua mendapatkan apa yang seharusnya mereka dapatkan. Dan itu karena bau kapitalis yang terlalu mendasar. Bau keserakahan Dan kepentingan sekelompok manusia yang tak mau mengerti arti perjuangan Dan pengorbanan."

ARMAND
(menatap pak Renggo tak berkedip)

PAK RENGGO
"..sekarang pilihan ada padamu. Saya hanya memberikan wacana. Akankah kamu menjadi bagian dari pejuang, atau sekelompok orang yang akan terus terbang dengan bertumpu pada pejuang-pejuang.."

ARMAND
"..yang saya tau, keluarga saya sudah bahagia. Kehidupan mereka sudah berubah. Dan itu juga telah membuat hidup saya lebih berarti. Apakah itu karena saya? Saya nggak tau..apakah saya berjuang untuk itu? Saya merasa belum mendapatkan apa-apa..yang pasti, sampai kapan pun saya nggak bakal berhenti untuk berjuang. Buat mereka, saya akan lakukan apa saja."

PAK RENGGO
(tersenyum,menepuk pundak armand)

PAK RENGGO (CONT'D)
"Yang pasti, hari ini kamu sudah menjadi orang kebanggaan keluarga. Itu bukti bahwa pin emas Dan cumlaude berfungsi baik, bukan? Sekarang, jadikan hidupmu lebih berharga lagi. Lebih berarti. Jutaan orang, jutaan pejuang sepertimu sudah menunggu lama untuk sebuah perubahan."

ARMAND
(memandang pak Renggo)

42. INT.MOBIL -- DAY

Armand memperhatikan suasana kota siang itu. Pikirannya menerawang. Ada senyum yang menghiasi wajahnya.

43. INT.MOBIL -- NIGHT

Mobil berhenti di depan sebuah cafe. Armand memandang pak Renggo. Pak Renggo menatapnya tajam.

ARMAND
"Pak..terima kasih banyak. Saya harap keluarga saya akan terus hidup bahagia"

PAK RENGGO
"Saya berjanji, keluarga pejuang sudah selayaknya hidup bahagia. Sekarang, melangkahlah dengan penuh kebanggaan. Tuhan bersamamu, nak"

ARMAND
(mengangguk, tersenyum, Dan keluar dari mobil)

44. EXT. CAFE -- NIGHT

Armand keluar dari mobil dengan langkah pasti. Nampak di balik kemejanya. Sebuah tali kenur terjuntai.

Armand tersenyum ia melirik pin emas yang tertempel di dadanya. Ia terus berjalan, lalu mulai meraih tali kenur itu. Terus berjalan masuk ke dalam cafe.




45. INT.MOBIL -- NIGHT

Mobil kembali berjalan. Menjauhi cafe. Pak renggo meratap ke luar jendela. Menghela nafas berat.

END OF ACT TWO

ACT THREE

46. INT. RUANG BERITA -- DAY

Seorang presenter selesai di make up, lalu melangkah menuju ruang siaran berita. Seorang lelaki, sang redaktur menghampirinya sambil membawa beberapa lembar naskah.

REDAKTUR
"Siap untuk breaking news, non?"

ANCHOR
(menerima naskah, duduk, lalu merapikan penampilan melalui tv preview)
"Apa yang kita punya hari ini?"

REDAKTUR
"Bom.."

ANCHOR
(terpana, menatap redaktur Dan membaca lembaran naskah di tangannya.)

Si anchor lalu melirik pada monitor preview di depannya. Nampak monitor sedang mem-preview sebuah wawancara. Anchor mengeryitkan kening. Gambar itu lalu berhenti. Sebuah gambar seorang lelaki duduk menghadap kamera. Armand.

ANCHOR (CONT'D)
"Dia pelaku bom bunuh dirinya?"

REDAKTUR
"Yup. Eksklusif. Belum ada yang punya. Ok, standby..10,9,8,7..."
47. INT. RUANGAN -- DAY

Nampak Armand masih bicara di televisi.

ARMAND
"..di sisi lain saya sadar bahwa ini adalah salah. Tapi, masih banyak kepentingan yang harus dibela. Dan saya adalah pejuang. Yang siap melakukan apapun untuk sebuah perubahan. Sekarang, benar Dan salah, hanyalah area abu-abu. Yang saya tahu, saya harus melakukan sesuatu. Dan saya lakukan ini untuk cinta..tuhan bersama kita semua"

Tangan menekan tombol off pada remote yang mengarah pada Televisi itu.

Kepingan CD keluar. Dengan cepat dimasukkan ke dalam sebuah amplop coklat.


_______________________________________
*** DI SENSOR AGAR TIDAK MENJADI SPOILER***
--------------------------------------------------------
THE END:


---------
story by fajar nugroho
screenplay by donny prasetyo

2 comments:

Adi said...

udah jam setengah enam pagi, tapi ga terasa ngantuk saat baca screenplay mati bujang. yah saya setuju, memang itulah kenyataan yg ada.

Ira Lathief said...

Ei.. bujangan (lapuk :P ) ....filem lo pasti keren banget euy!!ga sabar gue pengen nonton neegh....:) lo harus undang gue jadi tamu VIP yah pas premiere ntar :)